MATARAM - Ikatan Guru Indonesia (IGI) terus mendorong agar para guru di Indonesia paham, bisa, dan terbiasa mengakses internet. Hal ini dinilai penting agar guru bisa meningkatkan pola, metode pembelajaran, dan juga mendapatkan cukup banyak materi pelajaran yang terus berkembang.
“Informasi pendidikan yang bisa diakses melalui internet sangat banyak, dan sangat mendukung profesi guru. Kita juga dorong ini agar jangan sampai kemampuan guru mengakses internet justru kalah dengan murid-muridnya,” kata Sekjen IGI, Mohammad Ihsan, usai membuka seminar Guru Melek Internet di Mataram, Sabtu (8/10).
Seminar itu diikuti sekitar 425 guru jenjang SD hingga SMA dari 10 daerah kabupaten/kota di wilayah NTB.
Ihsan mengatakan, hingga 2010 tercatat lebih dari 77 persen guru di Indonesia belum bisa mengakses internet,”Mereka belum melek internet, terutama di daerah pedesaan dan terpencil,” katanya. Padahal buku-buku panduan pembelajaran dan buku-buku materi pelajaran, paparnya, kini lebih banyak yang berbentuk e-book, bukan dalam bentuk hardcopy. Sehingga para guru akan lebih mudah mendapatkannya melalui internet.
Menurutnya, upaya agar para guru di Indonesia melek internet, ini dilakukan IGI sejak pencanangan program Guru Era Baru (Guraru) oleh Kementerian Pendidikan Nasional pada 2010 lalu.
Hingga kini, IGI sudah menggelar seminar serupa di 6 provinsi termasuk NTB. Antara lain Jatim, Kaltim, Bali, Maluku, dan Sulsel.
Ihsan mengatakan, sasaran IGI minimal bisa membuat 10 persen guru di satu provinsi bisa mengikuti seminar dan pelatihan melek internet.
“Dengan internet juga para guru bisa berinteraksi dengan guru-guru di daerah lain terkait pengalaman mereka, baik kendala maupun keberhasilan,” katanya.
Dalam seminar di Mataram, para guru diberi pelatihan mengakses internet dan mempraktikan cara mendapatkan e-book yang diperlukan.
Partner usaha Acer Indonesia untuk wilayah Indonesia Timur, Jose Andrea mengatakan, untuk mendukung program Guru Era Baru pihaknya juga meluncurkan program Satu Guru Satu Laptop (Sagusala).
Program ini memberikan kesempatan pada para guru untuk bisa memiliki notebook sendiri dengan biaya yang lebih murah, cara mudah, dan langsung dilengkapi modem internet, printer, dan program-program pembelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkan guru bersangkutan.
Menurut Jose, kesulitan guru di daerah untuk mengakses internet umumnya lantaran mereka tidak mempunyai sarana. Warnet biasanya hanya tersedia di daerah perkotaan saja, sementara guru harus bekerja hingga di pelosok desa.
“Kami sudah berjalan setahun dengan program ini bersama IGI. Di Jawa Timur misalnya, animo terus meningkat, terakhir tercatat sudah 12 ribu guru yang menggunakan program Sagusala dari Acer,” katanya.(gra/kb)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar