Rabu, 08 Desember 2010

Dua Hari, Dua Jenazah TKI Dikirim dari Malaysia

Mataram (Suara NTB) Dalam dua hari terakhir, dua jenazah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dikirim dari negeriJiran Malaysia. Keterangan resmi pihak Perusahaan Pengerah Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI), keduanya meninggal karena sakit.

Kedatangan jenazah pertama Jumat (3/12) lalu melalui Bandara Selaparang Mataram. Jenazah atas nama Hardi (40) dikabarkan meninggal karena sakit dan akhirnya dipulangkan ke kampung halamannya di Desa Mantang, Lombok Tengah. Jenazah kedua atas nama Sayid Ismail (50) asal Masbagik Utara, Lombok Timur tiba di Bandara Selaparang Sabtu (4/12) sekitar pukul 17.30 Wita, dijemput sejumlah anggota keluarganya.

Menurut pihak keluarga, informasi yang diterimanya Sayid sakit selama tiga hari. Guna memastikan itu, keluarga menghubungi PJTKI bahkan kontak langsung dengan pihak perusahaan. ‘’Kami memang sempat khawatir dia meninggal karena disiksa atau beban kerja yang terlalu berat. Tapi setelah dicek, dia memang meninggal karena sakit,” kata Muhammad, keluarga almarhum.

Sayid meninggalkan seorang istri, Sarpiah (35) yang masih hamil muda dan anaknya yang masih bermur belasan tahun. Pihak keluarga mengetahui almarhum dipulangkan tanpa dibekali asuransi. Sehingga harapan kepada pihak PJTKI untuk membantu biaya pemulangan.

Bersama keluarga, hadir juga perwakilam PT. Bayu Satria Dewi, pihak PJTKI yang memberangkatkan Sayid tanggal 11 November lima tahun lalu. ‘’Sesuai keterangan dokter yang kami terima, yang bersangkutan memang meninggal karena sakit,’’ kata Ary Tri Maryanto, perwakilan PT. Bayu Satria Dewi. Setelah mendengar kabar meninggalnya TKI ini, pihaknya langsung menghubungi perusahaan dan Kedutaan Indonesia di Malaysia. Informasi yang diperoleh, Sayid mengalami pendarahan otak akibat kanker.

Pihak perusahaan mengaku kaget begitu mendengar penyakit ganas yang menimpa TKI tersebut. karena sejak keberangkatan, tidak ada tanda-tanda penyakit serius. Diperkirakan, sakitnya semakin parah ketika di Malaysia. Karena tidak dikontrol, penyakitnya ganas. Parahnya, tidak ada asuransi bagi Sayid lantaran tidak disiplin membayar premi asuransi saat di Malaysia. ‘’Mestinya, premi itu dibayar setiap dua tahun. Nah, setiap pembayaran, pihak asuransi akan mengecek kesehatannya. Jika terdapat penyakit berbahaya, maka dilakukan pengobatan dan operasi jika memungkinkan,’’ jelasnya.

Namun kenyataannya, Sayid justru memperpanjang sendiri kontraknya di perusahaan perkebunan kelapa sawit, Ladang Rakyat Rengganu tanpa sepengetahuan PJTKI. Praktis, segala administrasi asruansi tidak bisa diurus. ‘’Bahkan setiap tahun Sayid pulang ke Lombok tanpa sepengetahuan kami,’’ ujarnya.

Akan tetapi apapun alasannya, pihaknya bertanggungjawab dalam proses pemulangan jenazah, mulai dari Malaysia sampai ke kampung halamannya. (ris)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar