Selasa, 02 November 2010

LPM Karang Bajo Adakan Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik

Lombok Utara, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Karang Bajo Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara, baru-baru ini mengadakan pelatihan pembuatan pupuk organic bokashi.

Pelatihan yang berlangsung di halaman kantor desa setempat, diikuti oleh 33 petani yang diambil dari tujuh dusun yang ada di Desa Karang Bajo. Pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan petani dalam pembuatan pupuk organic sekaligus mengatasi kelangkaan pupuk di sejumlah wilayah yang sangat meresahkan petani. “Dan pupuk bokashi ini sebagai salah satu jenis pupuk yang dapat menggantikan pupuk kimia, sehingga petani perlu dilatih untuk membuat pupuk organic”, kata Ari Primadona, ketua LPM Desa Karang Bajo.

Kepala Desa Karang Bajo, Kertamalip, dalam sambutannya mengharapkan, pelatihan pembuatan pupuk organik ini dapat bermamfaat dan dikembangkan di masing-masing kelompok tani, karena disamping mengatasi kelangkaan pupuk setiap musim tanam juga bokashi dapat meningkatkan hasil panen.

Sementara Junaidi, dari kantor pertanian kecamatan Bayan yang didaulat sebagai nara sumber menjelaskan, bahwa bokashi adalah hasil fermentasi bahan-bahan organik seperti sekam, serbuk gergajian, jerami, kotoran hewan dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut difermentasikan dengan bantuan mikroorganisme aktivator yang mempercepat proses fermentasi. Campuran mikroorganisme yang digunakan untuk mempercepat fermentasi dikenal sebagai effectif microorganism (EM). Penggunaan EM tidak hanya mempercepat proses fermentasi tetapi juga menekan bau yang biasanya muncul pada proses penguraian bahan organik.

Di Jepang, lanjut Junaidi, bokashi telah digunakan sejak tahun 80-an. Banyak petani di negeri sakura memilih bokashi untuk lahan pertaniannya dikarenakan bokashi dapat memperbaiki struktur tanah yang sebagian besar telah menjadi keras akibat penggunaan pupuk kimia terus-menerus. Selain itu bokashi juga terbukti meningkatkan kesuburan serta produktifitas tanaman meski efek ini baru dapat dirasakan setelah bertahun-tahun penggunaan. Hal tersebut sangat wajar karena pupuk alami semacam bokashi biasanya memang mengandung unsur hara dalam dosis kecil, namun lengkap unsur makro dan mikronya.

“Belum diketahui dengan jelas mengapa petani di Indonesia enggan menggunakan bokashi. Padahal bila mau, bahan baku bokashi tersedia melimpah dan bahkan seringkali dianggap sebagai limbah sehingga kerap dihargai sangat murah”, jelasnya.

Acara pelatihan ini dilanjutkan dengan praktek cara pembuatannya dengan menggunakan bahan seperti, jerami, dipotong sepanjang 5-10 cm (20 bagian), dedak (1 bagian), sekam (20 bagian), gula pasir (5 sendok makan), EM4 (5 semdok makan) dan air (20 liter). Setelah itu semua adonan dicampur menjadi satu dan diaduk rata. Sementara suhu adonan dicek setiap 5 jam sekali. Pertahankan suhu adonan 40-50 o C, bila suhu lebih dari 50 o C karung penutup dibuka lalu adonan dibolak-balik kemudian kembali ditutup. Dan setelah 4 hari bokashi selesai terfermentasi dan dapat digunakan sebagai pupuk.

Sedangkan cara penggunaannya, kata Junaidi, bokashi dapat disebar merata di atas permukaan tanah dengan dosis 3-4 genggam /meter persegi. Pada tanah yang kurang subur dapat diberikan lebih banyak. Kemudian tanah dicangkul atau dibajak, untk mencampurkan bokashi. Pada tanah sawah pemberian bokahi dilakukan pada saat pembajakan dan setelah tanaman berumur 14 hari dan 1 bulan. Setelah bokashi disebar, semprotkan 2 cc EM4/Liter air ke dalam tanah. Seminggu kemudian bibit siap ditanam.
Untuk tanaman buah-buahan, bokashi disebar merata di permukaan tanah/perakaran tanaman. Penyiraman dengan EM 4 (2 cc EM4/Liter ) dilakukan tiap 2 minggu sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar