Tanjung (Primadona Lombok)-Kabar mengejutkan datang dari Kabupaten Lombok Utara (KLU). Terbatasnya lahan persawahan dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada, mengakibatkan daerah ini minus beras sekitar 2.000 ton setiap tahun. Solusinya, pemerintah setempat berupaya menggalakkan pangan lokal non beras sebagai alternatif.
Data yang diperoleh dari Dinas Kelautan Perikanan Pertanian dan Kehutanan (KPPK) KLU menyebutkan areal sawah yang ada di daerah ini sekitar 8.304 hektar. Sementara, jumlah penduduk KLU mencapai 207.956 jiwa. Dengan asumsi kebutuhan beras penduduk sebesar 127 kg/jiwa setahun dengan produksi gabah yang ada pada lahan sawah seluas 8.304 ha, berarti daerah ini minus beras sekitar 2.000 ton per tahun.
Kepala Dinas KPPK KLU, Ir L. Mustaim,MM, Rabu (23/12) kemarin menerangkan, mengatasi minus beras ini, harus diantisipasi dengan menggalakkan pangan non beras. Masalah ini sudah disampaikan secara lisan kepada banyak pihak khususnya masyarakat, sebagai langkah mengatasi pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat. Mustaim mengkhawatirkan, berkurangnya produksi gabah bisa akan terus terjadi bila alih fungsi sawah menjadi bangunan tetap berlangsung. ‘’Untuk mencegahnya, pemerintah Lombok Utara menetapkan sawah sebagai lahan abadi, bebas dari kegiatan pembangunan fisik,’’ jelasnya.
Ia juga mengimbau kepada instansi pemerintah bila mengadakan acara pertemuan-pertemuan yang menyiapkan penganan, hendaknya menyediakan bahan makanan yang terbuat dari bahan baku non beras. Ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada beras.
Di tengah upaya untuk memanfaatkan hasil pertanian non beras sebagai bahan pangan, masih ada pendapat masyarakat yang keliru. ‘’Mereka berpikir mengkonsumsi ubi adalah orang miskin. Pendapat ini yang harus diubah,’’ katanya. Pendapat itu keliru dan masyarakat Lokoq Pedek telah membuktikannya. Kata Mustaim, Lokoq Pedek Desa Sigar Penjalin, Kecamatan Tanjung yang mengkonsumsi ubi sebagai pengganti beras malah meraih predikat juara dalam lomba pemanfatan pangan lokal non beras yang diadakan Departemen Pertanian baru-baru ini.
Pada 2010 nanti, pihaknya akan terus mengarahkan pembinaan kelompok pengembangan pangan non beras, seperti yang dilakukan warga Lokoq Pedek selama ini. Dengan demikian masyarakat tak merasa tergantung pada beras.
Lahan Kering
Selain terbatasnya lahan persawahan di KLU, di Kecamatan Bayan dan Kayangan justru memiliki lahan kering yang cukup luas. Keberadaan lahan kering ini diharapkan tidak menjadi masalah. Karenanya, agar lahan kering tersebut bias dimanfaatkan dengan jalan mengembangkan irigasi sumur air dalam dan sumur air dangkal. Jika sarana ini sudah tersedia, pihaknya juga akan terus mendorong semangat petani memanfatkan lahannya itu.
Di atas lahan yang airnya terbatas ini, bias dikembangkan aneka tanaman seperti, kelapa, cengkeh, kakao, kopi, mete dan pisang. Komoditi ini menjadi andalan petani Lombok Utara yang hasilnya sudah dirasakan petani. Suara NTB(051)
Data yang diperoleh dari Dinas Kelautan Perikanan Pertanian dan Kehutanan (KPPK) KLU menyebutkan areal sawah yang ada di daerah ini sekitar 8.304 hektar. Sementara, jumlah penduduk KLU mencapai 207.956 jiwa. Dengan asumsi kebutuhan beras penduduk sebesar 127 kg/jiwa setahun dengan produksi gabah yang ada pada lahan sawah seluas 8.304 ha, berarti daerah ini minus beras sekitar 2.000 ton per tahun.
Kepala Dinas KPPK KLU, Ir L. Mustaim,MM, Rabu (23/12) kemarin menerangkan, mengatasi minus beras ini, harus diantisipasi dengan menggalakkan pangan non beras. Masalah ini sudah disampaikan secara lisan kepada banyak pihak khususnya masyarakat, sebagai langkah mengatasi pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat. Mustaim mengkhawatirkan, berkurangnya produksi gabah bisa akan terus terjadi bila alih fungsi sawah menjadi bangunan tetap berlangsung. ‘’Untuk mencegahnya, pemerintah Lombok Utara menetapkan sawah sebagai lahan abadi, bebas dari kegiatan pembangunan fisik,’’ jelasnya.
Ia juga mengimbau kepada instansi pemerintah bila mengadakan acara pertemuan-pertemuan yang menyiapkan penganan, hendaknya menyediakan bahan makanan yang terbuat dari bahan baku non beras. Ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada beras.
Di tengah upaya untuk memanfaatkan hasil pertanian non beras sebagai bahan pangan, masih ada pendapat masyarakat yang keliru. ‘’Mereka berpikir mengkonsumsi ubi adalah orang miskin. Pendapat ini yang harus diubah,’’ katanya. Pendapat itu keliru dan masyarakat Lokoq Pedek telah membuktikannya. Kata Mustaim, Lokoq Pedek Desa Sigar Penjalin, Kecamatan Tanjung yang mengkonsumsi ubi sebagai pengganti beras malah meraih predikat juara dalam lomba pemanfatan pangan lokal non beras yang diadakan Departemen Pertanian baru-baru ini.
Pada 2010 nanti, pihaknya akan terus mengarahkan pembinaan kelompok pengembangan pangan non beras, seperti yang dilakukan warga Lokoq Pedek selama ini. Dengan demikian masyarakat tak merasa tergantung pada beras.
Lahan Kering
Selain terbatasnya lahan persawahan di KLU, di Kecamatan Bayan dan Kayangan justru memiliki lahan kering yang cukup luas. Keberadaan lahan kering ini diharapkan tidak menjadi masalah. Karenanya, agar lahan kering tersebut bias dimanfaatkan dengan jalan mengembangkan irigasi sumur air dalam dan sumur air dangkal. Jika sarana ini sudah tersedia, pihaknya juga akan terus mendorong semangat petani memanfatkan lahannya itu.
Di atas lahan yang airnya terbatas ini, bias dikembangkan aneka tanaman seperti, kelapa, cengkeh, kakao, kopi, mete dan pisang. Komoditi ini menjadi andalan petani Lombok Utara yang hasilnya sudah dirasakan petani. Suara NTB(051)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar