Jumat, 25 Desember 2009

Budaya dan Kesenian NTB Masih Jalan di Tempat

NTB (Primadona Lombok) Merefleksi perjalanan budaya dan kesenian di NTB selama 2009, ternyata masih jalan di tempat. Padahal, majunya sebuah daerah tidak terlepas dari kemajuan kesenian dan budayanya. Di samping itu, belum ada juga yang bisa dibanggakan dari produk kesenian dan budaya NTB seperti yang mampu dilakukan daerah-daerah lainnya di Indonesia.

DISKUSI tentang budaya dan kesenian memang tak pernah habisnya. Bagaimana tidak, cakupan budaya dan kesenian itu luas untuk dikaji secara mendalam. Namun harus diakui memang kebudayaan NTB sepertinya masih disimpang jalan dalam arti belum menemukan tempat yang strategis untuk dibanggakan.
Suksesnya budaya NTB tergantung dari pemerintah, pelaku seni dan masyarakat, apakah mereka bisa berjalan seiring seirama untuk memajukan budaya. Pasalnya, seniman dan budayawan NTB tak bisa jalan sendiri, tanpa mendapat dukungan dari semua elemen di atas.

Jika dilihat dari keberadaan NTB yang dihuni beragam suku (sasak, samawa, mbojo dan bali) yang memiliki kebudayaan dan kesenian masing – masing, sebenarnya ini sebuah kekayaan yang luar biasa. Dan jika dia dikemas sedemikian rupa, potensi kebudayaan itu tak kalah dengan daerah lainnya. Namun sampai saat ini, rasanya belum ada produk budaya NTB yang memiliki nilai jual yang bisa dibanggakan.
Seperti Jakarta misalnya, orang ke Jakarta misalnya tak lengkap bila belum ke Monas. Atau jika ke Bali, masyarakat belum lengkap berwisata ke sana jika belum menyaksikan kesenian daerahnya. Kebagaan seperti itu seharusnya dimiliki oleh NTB.

Taman Budaya sebenarnya, diharapkan mampu mengakomodir kepentingan para seniman, namun infrastuktur bangunan tak mendukung. Hal ini mestinya diperhatikan pemerintah. Jadi wajar ketika ada pementasan yang digelar di sana (Taman Budaya, wisatawan tidak tertarik karena tempatnya kurang maksimal.

Sementara jika dilihat dari potensi seniman, Seniman Senior Al Mahsyar mengatakan seniman NTB banyak yang berpotensi. Tapi sayang semangat mereka untuk berkesenian lemah. Lain halnya dengan seniman – seniman dahulu mereka punya semangat yang tinggi menjadi seniman dan tak salah banyak yang sudah sukses. Di samping itu, Al Mahsyar melihat kesenian dan kebudayaan di NTB kurang diperhatikan. Sebenarnya memperkenalkan daerah NTB ke mancanegara tidak susah, asalkan para senimannya dilibatkan.

Selama menjadi seniman, Mahsyar mengaku intens mengembangkan kesenian dan budaya di NTB. Bahkan tak sedikit karya – karyanya dipasarkan sampai keluar negeri. Meski tak pernah diperhatikan, tapi sebagai seniman butuh anggaran untuk menghidupkan keseniannya. ‘’ Tak cukup seniman diberikan penghargaan berupa piagam saja, tapi juga harus materi,’’ imbuhnya.

Strategi yang dilakukan oleh para seniman NTB untuk mengeksiskan dirinya sampai ke tingkat nasional, yakni mereka harus tekun dan jangan pernah menyerah. ‘’ Budaya dan kesenian NTB belum ada perubahan yang luar biasa,’’ paparnya.

Pengamat Budaya NTB, Mustaqim Biawan menambahkan, langkah yang dilakukan untuk memajukan budaya dan kesenian NTB bisa dilakukan dengan menciptakan ide – ide kreatif dari pelakunya. Tanpa menelurkan ide – ide kreatif budaya dan kesenian akan jalan di tempat.

Kadis Budpar NTB, Drs.L. Gita Aryadi mengatakan, perjalanan kebudayaan dan kesenian di NTB hampir setiap tahunnya ada perubahan. Buktinya banyak even – even yang digelar Budpar untuk memajukan dunia pariwisata NTB. Untuk 2010 mendatang, lanjutnya even – even besar akan diselenggarakan. Dan akan menampilkan kesenian tradisi para leluhur NTB.

Dalam hal ini, pihaknya membantah jika tidak pernah melibatkan para seniman dan sanggar – sanggar di NTB untuk memajukan kesenian dan budaya NTB. Ia mengaku inten melakukan konsolidasi dengan para seniman. Ia optimis para seniman NTB siap mengeksiskan kesenian NTB.

Pengamat Budaya I Ketut Widnya mengutarakan, budaya dan kesenian mempunyai satu kesatuan. Sejauh ini ia melihat perkembangan budaya NTB sebenarnya ada peningkatan. Namun yang jadi persoalan para budayawan, seniman dan pemerintah diminta jangan saling menyalahkan. Tapi mereka harus bisa melaksanakan tugas fungsi mereka masing – masing. Tentunya tak semua yang harus dipikirkan oleh Pemda, tapi mereka harus kreatif meski tak mendapat bantuan dari Pemda.

Dikatakannya, budaya NTB lambat laun posisinya sama dengan Bali. Kenapa demikian karena jika dilihat dari SDA dan suku yang ada, di NTB lebih banyak dibandingkan dengan Bali. Jadi peluang dan kesempatan tersebut harus dimanfaatkan dengan cara menjaga keamanan, kebersihan dan persatuan.(ori) - Suara NTB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar