Senin, 14 Desember 2009

Keris Teruna Bayan, Kecil Tapi Berkhasiat

KARANGBAJO-LOMBOK UTARA: Salah satu keris yang terkenal di Komunitas Adat Bayan adalah Keris Teruna Bayan yang ukuran panjangnya sekitar 50 cm. Walaupun kecil tapi memiliki khasiat yang cukup ampuh, karena air cuciannya dapat mengobati orang sakit dan dapat meredam kerusuhan.

Demikian dikatakan oleh salah seorang tokoh adat yang sekaligus tokoh agama, H. Abdurrahman pada acara Apon Pusaka (istilah Bayan) atau mencuci cagar budaya (11/12) yang dilakukan sekali dalam empat tahun. Semua barang pusaka ini masih tersimpan di Balai Adat Karang Bajo, seperti tombak, kapak, keris dan beberapa cagar budaya lainnya yang diyakini sudah berusia ratusan tahun. Bahkan sudah ada sejak Islam masuk ke Bayan (Abad ke XVI).

Menurut H. Abdurrahman, benda-benda pusaka tersebut termasuk Al-Qur’an adalah peninggalan seorang ulama yang menyebarkan Islam di Bayan yang dikenal dengan nama Gauz Abdurrazzaq atau Sekh Nururrasyid. “Benda Pusaka ini adalah peninggalan ulama besar yaitu Gauz Abdurrazzaq dan disimpan di Balai adat Kampung Karang Bajo Desa Karang Bajo Kecamatan Bayan-Lombok Utara. Dan semua benda bersejarah ini termasuk keris Teruna Bayan dicuci sekali dalam empat tahun”, tutur H. Abdurrahman di sela-sela pencucian barang pusaka di Karang Bajo.

Pada saat pencian atau acara apon pusaka ini diringi dengan 3 orang peniup seruling yang panjangnya sekitar satu meter. Dan salah satu diantara seruling tersebut adalah Seruling Dewa atau disebut dengan seruling (suling) keramat. Selain itu masing masing peniup seruling diiring dengan dua orang perempuan yang melantunkan lagu-lagu ala Bayan seperti Bau daya.

Satu hal yang cukup menarik, para pencuci barang pusaka ini harus mengenakan pakaian adat yang semuanya laki-laki berjumlah 16 orang yang duduk di Berugak Saka enam. Barang pusaka inipun terus dikelilingkan dan dibersihkan dengan air jeruk dan uang bolong secara bergantian. Sementara di bawah puluhan penari yang terdiri kaum ibu-ibu dan bapak yang usianya paruh baya terus menari sembil mengelilingi berugak sampai prosesi acara apon pusaka selesai.

Dan setelah selesai, semua barang pusaka dimasukkan kembali ke rumah adat untuk disimpan termasuk Keris Teruna Bayan. “Keris ini baru boleh dikeluarkan jika terjadi keributan yang tidak bisa diamankan dan pencuciannya dilakukan sekali dalam empat tahun”, tutur Rianom ketua Pranata Adat Karang Bajo.
Lalu mengapa pada saat acara apon pusaka ini diiringi dengan suling dewa dan penari? Menurut Rianom, karena ini adalah benda pusaka peninggalan para penyebar Islam dan kerajaan Bayan, yang konon ketika membawa benda-benda pusaka ini selalu juga diringi dengan berbagai musik tradisional seperti suling dewa dan para penari. “Dan inilah peninggalan para leluhur yang masih tetap kami lestarikan”, katanya

Air bekas apon pusaka, yang berwarna hitam kekuning-kuningan bukan langsung dibuang, akan tetapi dibagi sama-sama sedikit oleh warga yang ikut menyaksikan. Karena airnya diyakini oleh masyarakat sekitar dapat sebagai obat dari segalam macam penyakit serta laki-laki yang lemah syahwat. “Dan airnya sudah ada yang minta dan dibagi-bagikan kepada warga”, tambah H. Abdurrahman yang juga coordinator NW Kecamatan Bayan ini.

H. Abdurrahman menceritakan, pada tahun 1995 ada dua orang warga dari Pancor-Lombok Timur yang bernama Hasanuddin yang sakit dan sudah berobat sampai ke Bali dengan menghabiskan biaya sampai Rp. 4 juta. Namun belum juga sembuh.

Melihat kondisi demikian, almarhun TGH. Zainuddin Abdul Madjid pendiri sebuah Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan (NW) di Pulau Lombok, menyarankan agar datang berziarah ke makam Gauz Abdurrazzaq ke Bayan sekaligus berdo’a kepada Allah untuk minta kesembuhan. Tentu saja saran tersebut dilaksanakan oleh Hasanuddin. “Dia (Hasanuddin) bersama kawannya mendatangi saya dan minta agar diantar ke makam yang ditunjukkan oleh Maulana Syeh (sebutan lain tuan guru Pancor). Karena ini perintah langsung dari Maulana syeh, sayapun langsung mengantar mereka berdua ke makam Gauz Abddurrazzaq yang terltak di dekat masjid kuno Bayan Beleq”, ungkap H. Abdurrahman.

“Pada saat mereka berdoa, tiba-tiba salah seorang diantara mereka kesurupan (dimasuki ruh halus-red). Sayapun langsung memegangnya. Stelah sadar dia mengatakan ada orang tua yang datang meminta saya mengambil minyak di dalam masjid. Betul begitu masuk ia menemukan botol kecil berisi minyak. Dan dengan minyak itulah dia berobat. Dan laksana api yang disiram air, penyakitnyapun hilang”, jelasnya.

Dan minyak itulah diyakini oleh sebagian warga adalah minyak keris teruna Bayan. “Sayang selang beberapa tahun minyak itu langsung menghilang diambil kembali oleh pemiliknya” pungkas H. Abdurrahman. (Waalhu’alam)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar