Kamis, 05 Maret 2015

Misteri Dibalik Meninggalnya Suhaini

Kesedihan tampak masih menyelimuti keluarga korban Suhani  (18) yang diduga dibunuh oleh pacarnya sendiri  yang  berinisial HW alias Yudi (19). Pasalnya, Suhanini yang  semasa hidupnya dikenal  oleh kawan-kawan sekelasnya di Madrasah Aliyah Gauz Abdurrazzak NW Dusun Tumpangsari Desa Senaru tersebut sebagai anak periang, ramah dan mudah bergaul.
 
Dalam konstruksi atau reka ulang adegan ditempat kejadian perkara, terlihat jelas, bahwa antar HW dengan korban  sudah menjalin hubungan cinta. Karena pada malam kejadian yaitu 15 Januari 2015, tersangka sempat bertandang ke kost kortban dengan menggunakan sepeda motor yang diparkir didekat masjid yang terletak didepan kost.
Konstruksi yang berlangsung  di TKP , 4/3  dikawal ketat Mapolres Lombok Barat, sehingga ratusan warga yang ingin menyaksikan langsung harus rela dari luar garis polisi.  Kendati panas siang menyengat tapi tak mengurangi semangat warga untuk melihat secara langsung bagaimana korban melakukan perbuatannya.
Sayang, ketika penulis mau mengambil gambar jarak dekat, pihak dari Mapolres Lombok Barat melarang dan minta agar berada di luar polis lise. “Eh keluar semua, yang boleh ada didalam garis polisi adalah yang berkepentingan”, kata salah seorang petugas berpakaian preman mendorong sebagian warga keluar.
Dari luar garis polisi, tampak sebuah rumah berukuran 6 X 4 meter yang beratap asbes dan berpagar bedeg dan berlantai semen. Sementara sebagai fentilasi rumah terpasang kawat kecil  yang berlubang sehingga angin bisa keluar-masuk. Rumah itu sendiri terdiri dari dua kamar, yaitu satu kamar tidur dan satu kamar yang digunakan sebagai dapur oleh korban.
Dan didalam rumah inilah dilakukan pembuhunan oleh tersangka setelah melakukan hubungan  intim. Namun anehnya, walaupun kost korban dikelilingi rumah warga setempat, namun tidak ada satupun warga yang mengetahui kejadian tersebut, kecuali setelah korban ditemukan meninggal dalam kondisi tengkurap.
Beberapa warga yang tinggal berdekatan dengan kost korban mengaku tidak tahu menahu kejadian tersebut, kecuali setelah ditemukan pada pagi Senin 16/2. “Saya sendiri tidak tahu kejadian itu, dan baru tahu setelah orang ramai-ramai mendatangi rumah tersebut dan menemukan korban sudah meninggal”, kata Aang, warga setempat.
Dari reka ulang terlihat jelas, bahwa yang mengetahui pertama kali meninggalnya korban adalah dua orang siswi yang tiada lain teman korban satu kelas. Dan pagi itu, dua siswi tersebut mendatangi kost korban untuk mengajak masuk sekolah. Dan setelah dipanggil beberapa kali dari luar pintu ternyata tidak ada sahutan, sehingga pintu yang tidak terkunci tersebut dibuka. Namun alangkah terkejutnya kedua siswi tersebut, karena korban sudah ditemukan dalam kondisi meninggal.
Dan hal inipun langsung disampaikan kepaga guru yang ada di sekolah. Kontan semua guru dan siswapun berlarian keluar menuju kost korban yang letaknya dibelakang MA Gauz Abdurrazzak.  Setelah itu korban kemudian dibawa ke Puskesmas Senaru untuk divisum dan dilanjutkan ke Rumah Sakit Bhayangkara Mataram untuk diotopsi.
Disisi lain, tersangka pelaku setelah membunuh korban, langsung keluar berjalan kaki menuju sepeda motornya yang diparkir didekat masjid setempat. Dan setelah melakukan beberapa adegan reka ulang, tersangka langsung dibawa ke sebuah home stay di Senaru dan dibawa kembali ke Mapolres Lombok Barat.
Sedangkan salah seorang petugas mengaku, pengawalan dilakukan, karena tidak ingin terjadi hal-hal negatif terhadap tersangka sehingga ratusan warga yang menyaksikan hanya dapat melihat dari luar garis polisi.  “Tujuan kita menjaga ini agar konstruksi atau reka ulang pembunuhan yang dilakukan tersangka berjalan lancar, dan tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan”, kata salah seorang petugas Polres Lombok Barat yang enggan dipublikasikan namanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, bahwa Kapolres Lombok Barat melalui Kasat Reskrim Iptu Sidik Prita Mursita menjelaskan bahwa pelaku nekat membunuh sang pacar karena panic. Setelah berhubungan seperti layaknya suami istri, tiba-tiba korban berteriak kesurupan. Nah agar tetangga  tidak tau apa yang terjadi didalam kamar kos, sehingga korban dibunuh. “Pelaku dan korban berpacaran”, ungkap Iptu Sidik Prita Mursita kepada wartawan saat jumpa pers, bulan lalu.
Pantaun media ini di TKP, sebelum reka ulang dilakukan, tidak tampak ada warga, bahkan warga yang kebetulan berdekatan rumah dengan tempat kejadian tidak tahu kalau akan dilakukan reka ulang. “Saya tidak kalau hari ini dilakukan reka ulang, karena tidak ada informasi”, kata Aang salah seorang warga setempat.
Menurut Aang, sejak kejadian itu, warga setempat jarang yang berani keluar mendekati TKP terutama pada malam hari. “Pokoknya ngeri pak, setelah kejadian itu, lebih-lebih pada minggu pertama kejadian, hampir setiap malam terdengar lolongan anjing di TKP, bahkan anak-anak yang mengajipun tidak berani keluiar ke musalla”, kata Aang.
Dan untuk menghilangkan rasa ketakutan itu, warga setempat melakukan selamatan gubug dengan membaca surat yasin di TKP, sehingga lolongan anjing yang semula setiap malam terdengar mulai berkurang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar