Selasa, 01 Juli 2014

Demi Ambisi RI 1, Janji Jokowi untuk Santri

Headline
Capres Joko Widodo - inilahcom

INILAH.COM, Jakarta - Ide 1 Muharram sebagai hari santri kini ramai dibicarakan. Bukan pada gagasan yang direspons capres Joko Widodo namun imbas kicauan politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamzah yang kemudian "digoreng" sejumlah pihak. Di sisi lain, ini mengungkap sisi lain manifesto Joko-Kalla terhadap kelompok santri.
Kicauan Fahri Hamzah ini memang dipersoalkan. Pemicunya kata "sinting" yang ditulis Fahri di akhir tweetnya. Ini yang dijadikan bahan keributan pendukung Joko. "Jokowi janji 1 Muharam hari santri. Demi dia terpilih, 360 hari akan dijanjikan ke semua orang. Sinting!" demikian Fahri menulis di lini masanya pada 27 Juni 2014.
Tulisan Fahri itu pula yang menjadi dasar pendukung Joko melaporkan Fahri ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Tidak sekadar itu, kicauan Fahri kini dibenturkan dengan santri. Lebih ekstrem lagi, santri dibenturkan dengan pasangan Prabowo-Hatta, pasangan yang didukung Fahri Hamzah dan PKS.
"Ini kan dibesar-besarkan oleh kubu pendukung Jokowi-Kalla karena agak panik melihat survei terakhir dan dukungan kepada Prabowo-Hatta semakin meluas," kata anggota Majelis Syura PKS Refrizal di Gedung DPR, Kompleks Parlemen SenayanJakarta, Selasa (1/7/2014).
Padahal, bila membaca kicauan Fahri Hamzah atas janji Joko untuk menjadikan 1 Muharram menjadi hari santri, tidak perlu ada yang dipersoalkan. Fahri mengkritisi soal Joko yang menjanjikan hari santri pada 1 Muharram.
Tulisan "Sinting" Fahri Hamzah terkait dengan janji Jokowi. Simak kata "Demi dia terpilih, 360 hari akan dijanjikan ke semua orang". Kata "Sinting" itu jelas bukan untuk sosok Jokowi atau hari santri ataupun santri. Namun sinting atas tindakan politik Jokowi yang memberi janji 1 Muharram hari santri.
Terkait dengan substansi janji Joko untuk menjadikan 1 Muharram sebagai hari santri menarik untuk dibahas. Pertanyaannya apakah janji Joko dengan menjadikan 1 Muharram sebagai hari santri lalu disebut peduli santri?
Jika mundur ke belakang, koalisi Joko-Kalla dalam beberapa kesempatan justru menghadirkan berbagai pernyataan yang kontra dengan upaya simbolisasi dengan Islam atau kelompok santri, yang salah satunya janji 1 Muharram sebagai hari santri.
Seperti pernyataan Ketua Tim Advokasi pasangan itu Trimedya Pandjaitan yang mengatakan jika kelak Joko-Kalla menang dalam Pemilu Presiden 2014 pihaknya akan melarang penerbitan peraturan daerah (Perda) yang berbasis syariat Islam. "Ke depan kami berharap Perda syariat Islam tidak ada. Ini bisa mengganggu kemajemukan karena menciptakan pengotak-ngotakan masyarakat," kata Trimedya awal Juni lalu.
Yang terbaru, anggota Tim Kampanye Nasional Joko-Kalla Musdah Mulia mengatakan jika Joko-Kalla kelak memimpin akan menghapus kolom agama di Kartu Tanda Penduduk (KTP)."Saya setuju kalau kolom agama dihapuskan saja di KTP, dan Jokowi sudah mengatakan pada saya bahwa dia setuju kalau memang itu untuk kesejahteraan rakyat," kata Musdah pertengahan Juni lalu dalam sebuah diskusi.
Fakta tersebut bila disandingkan dengan janji Joko untuk menjadikan 1 Muharram sebagai hari santri terasa kering dan kehilangan substansi. Bagaimana mungkin Jokowi menjadikan 1 Muharram sebagai hari santri, namun di sisi lain manifesto perjuangan Joko-Kalla jauh dari semangat santri?
Kondisi ini terasa cukup kontekstual dengan kicauan Fahri yang mengkritisi janji Joko dengan menjadikan 1 Muharram sebagai hari santri. Joko mencoba menyederhanakan soal komitmen terhadap kelompok santri di Indonesia dengan menjadikan 1 Muharram sebagai hari santri.
Fahri saat diminta komentar tentang kicauannya yang kini dipersoalkan kubu Joko-Kalla mengatakan dirinya saat ini tengah menyiapan reaksi sebesar reaksi yang dilakukan kelompok Joko-Kalla kepada dirinya. "Membuka topeng penipuan seorang capres adalah kewajiban kita yang asasi," ujar Fahri.
Fahri mengaku siap melakukan serangkaian langkah termasuk upaya hukum terhadap pelaku yang memanipulasi pernyataan dirinya di linimasa Twitter. "Saya siap dengan serangkaian langkah hukum terhadap pelaku manipulasi atas pernyataan saya. Kita lihat saja nanti," tandas Fahri. [mdr] Sumber: inilah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar