Mataram - Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Nusa Tenggara Barat memperkirakan pengidap HIV/AIDS di daerah itu sedikitnya mencapai 3.000 orang yang diasumsikan dari penyebaran melalui 494 orang yang telah dinyatakan positif sampai posisi Agustus 2011.
"Dari 494 orang pengidap HIV/AIDS yang terdata sejak 2006, diperkirakan saat ini sedikitnya sudah ada sekitar 3.000 yang tertular, sehingga terus diupayakan penyadarannya untuk berobat agar tidak makin menyebar," kata Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) H Soeharmanto, di Mataram, Sabtu.
Ia mengatakan, angka estimasi itu bisa saja lebih tinggi dari fakta rill di lapangan karena penyebaran virus HIV/AIDS menggambarkan fenomena gunung es. Hanya sedikit yang kelihatan namun penyebarannya telah meluas.
Namun, bisa juga lebih kecil dari fakta rill karena belum terungkap semua pengidap virus itu akibat keengganan memeriksakan diri di klinik VCT (Voluntary Counselling and Testing (VCT) yang disediakan di sejumlah rumah sakit di Pulau Lombok dan Sumbawa.
"Setiap orang yang telah positif mengidap HIV/AIDS diasumsikan telah menyebarkannya kepada empat sampai sepuluh orang, karena hidup bermasyarakat. Mungkin kepada istri dan anaknya atau kerabatnya, atau pun kenalan sehingga diasumsikan sedikitnya 3.000 orang sudah tertular," ujarnya.
Menurut Soeharmanto, angka estimasi itu diperlukan untuk kepentingan penanganan wabah penyakit mematikan itu, terutama dalam mengimplementasikan program penyadaran terhadap para pengidap agar mau berobat meskipun pengobatannya terus berlanjut sepanjang hidup.
Selain itu, angka estimasi itu juga perlu diketahui masyarakat, terutama yang dikategorikan rawan terular seperti remaja dan anak muda, agar lebih mampu membendung dirinya dari kemungkinan tertular.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), hanya 11,4 persen remaja dan anak muda Indonesia yang mempunyai pengetahuan komperhensif soal HIV/AIDS, dari aspek penularan dan cara pencegahannya.
Kemenkes menyatakan bahwa remaja Indonesia kurang memahami cara penyebaran dan bahaya penyakit HIV/AIDS.
"Padahal, target yang telah ditetapkan dalam Millennium Development Goals (MDGs), pada 2015 setidaknya 95 persen remaja harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai HIV/AIDS. Makanya, program penyadaran atau sosialisasi bahaya HIV/AIDS beserta cara penanganannya terus dilakukan," ujar Soeharmanto.
Ia mengatakan, KPA Provinsi NTB juga mendukung rencana Kemenkes yang akan meluncurkan kampanye HIV/AIDS besar-besaran dengan sasaran remaja berusia 15-24 tahun, pada 27 Nopember mendatang.
Kampanye itu akan dilaksanakan di 10 provinsi dengan prevalensi HIV/AIDS terbanyak di Indonesia, diantaranya Papua, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatra Utara, dan daerah lainnya.
"NTB juga cukup banyak pengidap HIV/AIDS sehingga kampanye di sekolah-sekolah, kampus dan lokasi strategis lainnya, akan terus dilakukan. Kami akan terus mendorong agar yang merasa pernah melakukan perilaku menyimpang dan rentan tertular HIV/AIDS agar segera memeriksakan dirinya," ujarnya.
Selain sosialisasi dan penyuluhan, KPA Provinsi NTB bekerja sama dengan KPA di 10 kabupaten/kota di wilayah NTB, untuk membagi-bagikan brosur, pamflet dan bahan cetakan lainnya guna menyadarkan semua pihak.
Total pengidap HIV/AIDS di wilayah NTB sampai posisi akhir Agustus 2011, terdata sebanyak 494 orang, terdiri dari 261 orang penderita HIV dan 233 orang penderita AIDS.
Dari total penderita HIV/AIDS itu, kelompok umur 25-29 tahun yang terbanyak yakni sebanyak 148 orang, kemudian usia 30-34 tahun sebanyak 117 orang dan usia 20-24 tahun sebanyak 92 orang, usia 40-44 tahun terindikasi sebanyak 33 orang, usia diatas 50 tahun sebanyak 12 orang dan usia 45-49 tahun sebanyak enam orang.
Pengidap HIV/AIDS yang berusia 15-19 tahun terdata sebanyak enam orang, yang berusia 10-14 tahun satu orang, dan 21 orang penderita lainnya merupakan balita dan anak-anak. Dua penderita AIDS lainnya tidak diketahui usianya.
Para pengidap HIV/AIDS itu terbanyak berdomisili di Kota Mataram, ibukota Provinsi NTB yakni sebanyak 194 orang, kemudian Lombok Timur 91 orang, Kabupaten Lombok Barat 83 orang, Lombok Tengah 51 orang, Sumbawa Barat 29 orang, Kabupaten Bima 12 orang, Sumbawa 10 orang, Kota Bima sembilan orang, dan Dompu yang terkecil yakni sebanyak lima orang. (antaramataram)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar