Lombok Utara-Sebagai salah satu daerah yang beru saja berdiri, dan merupakan yang termuda di NTB, kabupaten Lombok Utara tentu masih membuthkan upaya-upaya penigkatan disegala aspek, tidak hanya kesiapan sebagai daerah administratif, namun juga membutuhkan peningkatan kwalitas pendidikan masyarakatnya.
Sejak berdirinya kabupaten ini ditahun 2009 lalu, secara kolektif, belum nampak perubahan yang signifikan dibidang pendidikan, meski sejumlah prestasi pribadi berhasil diperoleh oleh beberaap siswa sekola di daerah ini.
Permasalahan tidak hanya terjadi pada kurangnya ketersediaan tenaga pengajar yang berkwalitas, namun juga masih minimnya fasilitas pendidikan dan belum meratanya penempatan tenaga guru di daerah-daerah yang dinilai terpencil.
Anggota Komisi III DPRD KLU, Turmuzi, kepada wartawan baru-baru ini mengatakan, sebagai salah sutu unsur terpenting dalam menunjang akselerasi pembangunan disegala bidang disetiap daerah adalah terjaminya kwalitas penidikan masyarakatnya.
“Kita harus akui kualitas pendidikan di KLU memang masih perlu ditingkatkan, selama ini penigkatannya mungkin baru mencapai 60 persen, dan kita harapkan kedepan kwalitas pendidikan di daerah ini terus meningkat, tentu dengan usaha dan komitmen bersama antara pemerintah dan masyarakat,” ungkpnya
Dikatakanya, jika dibandingkan dengan daerah lain, secara kemampuaan akademis kita tentu masih berada dibawah mereka, namun bukan berarti kita tidak mampu menyamai prestasi daerah lain, meski sebagai kabupaten baru, justru itu bisa dijadikan motifasi untuk kita.
“Kwalitas pendidikan kita harus bisa lebih kompentitif dengan daerah lain, tidak hanya membangun kemampuan generasi kita secara akadmeis, namun juga secara emosional dan berkarakter, mengingat selama ini pendidikan kita telah kehilangan identitasnya,” sebutnya.
Menyinggung tentang pemeratan pembangunan, seperti ketersedian infrastruktur bangunan sekolah yang tidak memadai untuk daerah terpencil, penempatan guru berkwalitas dan akses jalan pendidkkan, yang hingga kini masih belum mampu diatasi pemerintah, menurut Turmuzi, tidak serta merta akibat lambannya kinerja pemerintah, namun juga keterbatasan anggaran daerah yang ada.
“Disatu sisi, untuk pendidikan swasta yang ada di KLU, juga belum mendapat prioritas, padahal potensi akademisinya juga tidak kalah dari sekolah negeri, mengingat dari 20 lebih pondok pesantren yang ada, hanya berapa saja yang mempu memperlihatkan peningkatan, diakibatkan oleh kurangnya perhatian pemerintah,” sambungnya.
Sementara, salah seorang guru SMPN 1 Tanjung, Fahrurrozi, kepada wartawan mengatakan, memang secara umum Lombok Utara belum mampu bersaing secara kompentitif dengan daerah lain dalam bidang pendidikan, meski beberapa kali KLU berprestasi baik ditingkat provinsi pun nasional.
“Pembangunan disektor pendidikan di daerah ini membutuhkan konsep bersama, artianya kwalitas yang dimaksud tidak hanya sebatas kemampuan dalam bidang akademisnya, namun juga membangun pribadi-pribadinya, agar kwalitas keilmuannya berjalan seiringan dengan kepribadiannya,” tambahnya harapnya (adam)
Sejak berdirinya kabupaten ini ditahun 2009 lalu, secara kolektif, belum nampak perubahan yang signifikan dibidang pendidikan, meski sejumlah prestasi pribadi berhasil diperoleh oleh beberaap siswa sekola di daerah ini.
Permasalahan tidak hanya terjadi pada kurangnya ketersediaan tenaga pengajar yang berkwalitas, namun juga masih minimnya fasilitas pendidikan dan belum meratanya penempatan tenaga guru di daerah-daerah yang dinilai terpencil.
Anggota Komisi III DPRD KLU, Turmuzi, kepada wartawan baru-baru ini mengatakan, sebagai salah sutu unsur terpenting dalam menunjang akselerasi pembangunan disegala bidang disetiap daerah adalah terjaminya kwalitas penidikan masyarakatnya.
“Kita harus akui kualitas pendidikan di KLU memang masih perlu ditingkatkan, selama ini penigkatannya mungkin baru mencapai 60 persen, dan kita harapkan kedepan kwalitas pendidikan di daerah ini terus meningkat, tentu dengan usaha dan komitmen bersama antara pemerintah dan masyarakat,” ungkpnya
Dikatakanya, jika dibandingkan dengan daerah lain, secara kemampuaan akademis kita tentu masih berada dibawah mereka, namun bukan berarti kita tidak mampu menyamai prestasi daerah lain, meski sebagai kabupaten baru, justru itu bisa dijadikan motifasi untuk kita.
“Kwalitas pendidikan kita harus bisa lebih kompentitif dengan daerah lain, tidak hanya membangun kemampuan generasi kita secara akadmeis, namun juga secara emosional dan berkarakter, mengingat selama ini pendidikan kita telah kehilangan identitasnya,” sebutnya.
Menyinggung tentang pemeratan pembangunan, seperti ketersedian infrastruktur bangunan sekolah yang tidak memadai untuk daerah terpencil, penempatan guru berkwalitas dan akses jalan pendidkkan, yang hingga kini masih belum mampu diatasi pemerintah, menurut Turmuzi, tidak serta merta akibat lambannya kinerja pemerintah, namun juga keterbatasan anggaran daerah yang ada.
“Disatu sisi, untuk pendidikan swasta yang ada di KLU, juga belum mendapat prioritas, padahal potensi akademisinya juga tidak kalah dari sekolah negeri, mengingat dari 20 lebih pondok pesantren yang ada, hanya berapa saja yang mempu memperlihatkan peningkatan, diakibatkan oleh kurangnya perhatian pemerintah,” sambungnya.
Sementara, salah seorang guru SMPN 1 Tanjung, Fahrurrozi, kepada wartawan mengatakan, memang secara umum Lombok Utara belum mampu bersaing secara kompentitif dengan daerah lain dalam bidang pendidikan, meski beberapa kali KLU berprestasi baik ditingkat provinsi pun nasional.
“Pembangunan disektor pendidikan di daerah ini membutuhkan konsep bersama, artianya kwalitas yang dimaksud tidak hanya sebatas kemampuan dalam bidang akademisnya, namun juga membangun pribadi-pribadinya, agar kwalitas keilmuannya berjalan seiringan dengan kepribadiannya,” tambahnya harapnya (adam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar