Lombok Utara - Pondok posantren (ponpes) selain sebagai lembaga pendidikan keagamaan, juga sekaligus agen perubahan umat dan masyarakat.
Demikian dikatakan ketua Forum Kerjasama Pondok Pesantern (FKSPP) provinsi Nusa Tenggara Barat, TGH. Safwan Hakim, pada acara kuliah umum Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Hamzar Lombok Utara (11/8/11) di MI Maraqitta’limat Anyar kecamatan Bayan.
Karena pesantren sebagai agen perubahan umat maka harus memiliki lima filar atau lima rukun pesantren yaitu, adanya pimpinan (tuan guru) sebagai panutan dan sentral figur di masyarakat, ada masjid, asrama tempat tinggal santri dan pengkajian kitab-kitab kuning.
“Ke lima filar inilah harus dimiliki oleh setiap ponpes jika mau melakukan perubahan ditingkat masyarakat”, jelas TGH. Safwan Hakim.
Selain itu, pesantrean juga harus memiliki visi dan misi yang jelas dan tidak kotor atau kumuh. “Bagaimana mau menjadi agen pembaharuan, kalau tidak memiliki visi dan lokasi atau tempatnya yang kotor”, imbuhnya.
Menyoroti jumlah Ponpes yang tergabung dalam FKSPP yang didirikan tahun 2005 lalu, di NTB berjumlah 629 buah. Sementara yang sudah dikunjungi oleh pengurus FKSPP untuk bersilaturrahmi sekitar 450 buah.
Sedangkan jumlah masjid di NTB sekitar 4684 buah dan 5944 buah musalla. Namun, belum ada satu masjidpun di Pulau Lombok yang sudah melahirkan ulama atau Doktor,
“Masjid kita memang cukup banyak, namun jama’ah yang memakmurkan masjid itu yang kurang, bahkan dibeberapa masjid kadang-kadang lebih banyak tiang masjid daripada umat Islam yang datang memakmurkan masjidnya setiap waktu.
Sementara Frof. DR. Mahyuni, MA, PhD dalam kuliah umum yang disampaikan didepan ratusan mahasiswa-mahasiswi STKIP Hamzar lebih banyak memaparkan pentingnya pendidikan dan menuntul ilmu. Karena dengan ilmu bisa merubah diri, keluarga dan lingkungannya.
Karena pesantren sebagai agen perubahan umat maka harus memiliki lima filar atau lima rukun pesantren yaitu, adanya pimpinan (tuan guru) sebagai panutan dan sentral figur di masyarakat, ada masjid, asrama tempat tinggal santri dan pengkajian kitab-kitab kuning.
“Ke lima filar inilah harus dimiliki oleh setiap ponpes jika mau melakukan perubahan ditingkat masyarakat”, jelas TGH. Safwan Hakim.
Selain itu, pesantrean juga harus memiliki visi dan misi yang jelas dan tidak kotor atau kumuh. “Bagaimana mau menjadi agen pembaharuan, kalau tidak memiliki visi dan lokasi atau tempatnya yang kotor”, imbuhnya.
Menyoroti jumlah Ponpes yang tergabung dalam FKSPP yang didirikan tahun 2005 lalu, di NTB berjumlah 629 buah. Sementara yang sudah dikunjungi oleh pengurus FKSPP untuk bersilaturrahmi sekitar 450 buah.
Sedangkan jumlah masjid di NTB sekitar 4684 buah dan 5944 buah musalla. Namun, belum ada satu masjidpun di Pulau Lombok yang sudah melahirkan ulama atau Doktor,
“Masjid kita memang cukup banyak, namun jama’ah yang memakmurkan masjid itu yang kurang, bahkan dibeberapa masjid kadang-kadang lebih banyak tiang masjid daripada umat Islam yang datang memakmurkan masjidnya setiap waktu.
Sementara Frof. DR. Mahyuni, MA, PhD dalam kuliah umum yang disampaikan didepan ratusan mahasiswa-mahasiswi STKIP Hamzar lebih banyak memaparkan pentingnya pendidikan dan menuntul ilmu. Karena dengan ilmu bisa merubah diri, keluarga dan lingkungannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar