Lombok Utara - SMAN 1 Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Selasa 15/3, mengadakan pelatihan membangun pendidikan berkarakter (the miracle of teaching) yang diikuti oleh semua guru SMAN setempat.
Acara yang berlangsung di aula SMAN 1 Bayan tersebut bekerjasama dengan STIKES Surya Global Jogjakarta dengan nara sumber Anung Sholehat Tablighy atau biasa dipanggil Anung Pranowo dari Ponpes mahasiswa Surya Global Amanah. Menurut Anung, karakter bangsa Indoensia cukup lemah sehingga banyak kekayaan alam yang kita miliki dikuasai oleh orang luar.
Ditegaskan, bahwa konsep pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa belum jalan, karena umat beragama itu sendiri masih banyak yang enggan manjalankan perintah agamanya. Demikian juga dengan sila yang kedua kemanusiaan yang adil dan beradab, secara realitas, disatu sisi banyak warga Indonesia yang makan secara berlebih-lebihan, sementara disisi lain, masih banyak rakyat miskin, dan ini artinya sila yag kedua dari pancasila itu sendiri belum diamalkan. “Ini adalah ciri ekonomi kapatalisme, dimana yang kaya semakin kaya dan yang msikin semakin tertindas”, tegas Anung.
Lebih lanjut, Anung menjelaskan, ada dua yang membuat umat ini menjadi baik atau buruk, yaitu suasana dan pemimpinnya. Bila suasana dan pemimpinnya yang baik tentu akan baik pula anak didik itu. Namun bila suasana dan pemimpinnya yang kurang baik, maka anak didik itupun akan menjadi kurang baik.
Setiap guru tentu menginginkan anak didiknya berkarakter yang baik. Dalam Islam, setiap budaya lokal yang tidak bertentangan dengan hukum syar’i boleh dikebangkan. “Pendidikan berkarakter berbasis lokal, saya rasa cukup bagus untuk dikembangkan selama tidak bertentangan dengan hukum Islam atau nilai-nilai kebaikan”, katanya.
Anung Pranowo menambahkan, ciri-ciri sekolah berkarakter itu menurut pendapat Anung, bila siswa itu dididik oleh guru-guru dan pemimpin yang memiliki karakter yang baik. Dan dalam UU Sisdiknas No. 20/2003 pasal. 3 menyebutkan, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan pengetahuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Tugas utama lembaga pendidikan itu membangun dan membimbing murid-murid untuk menjadi manusia dengan nilai-nilai yang sempurna, yaitu terpadunya intelektualitas pengetahuan dan kesalehan agam,a”, imbuh Anung mengutip pendapat Al-Farabi.
Sementara Kepala SMAN 1 Bayan, Bambang Siswanto, S.Pd dalam kesempatan tersebut memaparkan, bahwa SMAN 1 Bayan sudah dua tahun menjadi sekolah Rintisan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (RPBKL), yang setelah dilakukan evaluasi mendapat sambutan positif dari Kemdiknas Dikbudpora provinsi Nusa Tenggara Barat.
“RPBKL yang dikembangkan di SMAN 1 Bayan ini, akan diadopsi oleh beberapa sekolah di NTB, bahkan akan dirtencanakan menjadi kurikulum”, jelas Bambag.
Selain itu, SMAN 1 Bayan juga salah satu sekolah yang masuk lebih pagi, yaitu jam 07.10 wita setiap hari, karena kegiatan belajar-mengajar diawali dengan peningkatan Iman dan Taqwa (Imtaq) yaitu diawali dengan membaca Asmaul Husna, dan ceramah agama yang disampaikan secara bergatian oleh para tenaga pendidik.(Ari)
Acara yang berlangsung di aula SMAN 1 Bayan tersebut bekerjasama dengan STIKES Surya Global Jogjakarta dengan nara sumber Anung Sholehat Tablighy atau biasa dipanggil Anung Pranowo dari Ponpes mahasiswa Surya Global Amanah. Menurut Anung, karakter bangsa Indoensia cukup lemah sehingga banyak kekayaan alam yang kita miliki dikuasai oleh orang luar.
Ditegaskan, bahwa konsep pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa belum jalan, karena umat beragama itu sendiri masih banyak yang enggan manjalankan perintah agamanya. Demikian juga dengan sila yang kedua kemanusiaan yang adil dan beradab, secara realitas, disatu sisi banyak warga Indonesia yang makan secara berlebih-lebihan, sementara disisi lain, masih banyak rakyat miskin, dan ini artinya sila yag kedua dari pancasila itu sendiri belum diamalkan. “Ini adalah ciri ekonomi kapatalisme, dimana yang kaya semakin kaya dan yang msikin semakin tertindas”, tegas Anung.
Lebih lanjut, Anung menjelaskan, ada dua yang membuat umat ini menjadi baik atau buruk, yaitu suasana dan pemimpinnya. Bila suasana dan pemimpinnya yang baik tentu akan baik pula anak didik itu. Namun bila suasana dan pemimpinnya yang kurang baik, maka anak didik itupun akan menjadi kurang baik.
Setiap guru tentu menginginkan anak didiknya berkarakter yang baik. Dalam Islam, setiap budaya lokal yang tidak bertentangan dengan hukum syar’i boleh dikebangkan. “Pendidikan berkarakter berbasis lokal, saya rasa cukup bagus untuk dikembangkan selama tidak bertentangan dengan hukum Islam atau nilai-nilai kebaikan”, katanya.
Anung Pranowo menambahkan, ciri-ciri sekolah berkarakter itu menurut pendapat Anung, bila siswa itu dididik oleh guru-guru dan pemimpin yang memiliki karakter yang baik. Dan dalam UU Sisdiknas No. 20/2003 pasal. 3 menyebutkan, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan pengetahuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Tugas utama lembaga pendidikan itu membangun dan membimbing murid-murid untuk menjadi manusia dengan nilai-nilai yang sempurna, yaitu terpadunya intelektualitas pengetahuan dan kesalehan agam,a”, imbuh Anung mengutip pendapat Al-Farabi.
Sementara Kepala SMAN 1 Bayan, Bambang Siswanto, S.Pd dalam kesempatan tersebut memaparkan, bahwa SMAN 1 Bayan sudah dua tahun menjadi sekolah Rintisan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (RPBKL), yang setelah dilakukan evaluasi mendapat sambutan positif dari Kemdiknas Dikbudpora provinsi Nusa Tenggara Barat.
“RPBKL yang dikembangkan di SMAN 1 Bayan ini, akan diadopsi oleh beberapa sekolah di NTB, bahkan akan dirtencanakan menjadi kurikulum”, jelas Bambag.
Selain itu, SMAN 1 Bayan juga salah satu sekolah yang masuk lebih pagi, yaitu jam 07.10 wita setiap hari, karena kegiatan belajar-mengajar diawali dengan peningkatan Iman dan Taqwa (Imtaq) yaitu diawali dengan membaca Asmaul Husna, dan ceramah agama yang disampaikan secara bergatian oleh para tenaga pendidik.(Ari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar