Mataram - Insiden pemukulan mewarnai proses penentuan Ketua DPW PPP NTB, yang digelar Kamis (3/3) kemarin. Meski diklaim telah memutuskan terpilihnya H. Muhammad, SH sebagai Ketua DPW, namun rapat tim formatur dianggap tidak legal.
Anggota Tim Formatur, H. Muhammad, SH, mengakui dirinya telah terpilih sebagai Ketua DPW dalam rapat tim formatur tersebut. Tim formatur terdiri dari Muhammad, Dra. Hj. Wartiah, M.Pd dan Mawardi. Ketiganya terpilih setelah mengantongi suara terbanyak dalam Muswil beberapa waktu lalu.
Muhammad mengakui adanya insiden pemukulan itu. Namun, ia menegaskan bahwa persoalan itu hanya persoalan antara kader PPP yang satu dengan kader lainnya. Ia juga menambahkan bahwa persoalan ini akan diselesaikan.
Dikonfirmasi terpisah, Wartiah membantah hasil rapat tim formatur itu. Ia menegaskan bahwa rapat itu ilegal. Pasalnya, meski terpilih dalam Muswil, namun hingga kemarin SK pembentukan formatur itu belum diteken oleh dirinya dan H. Muzihir selaku pimpinan sidang.
Selain itu, Wartiah juga menilai keberadaan Mawardi sebagai peserta Muswil direkayasa. Wartiah menegaskan, kepesertaan Mawardi tidak ditetapkan melalui rapat pleno di kepengurusan tingkat kabupaten.
Dengan alasan itu, saat rapat tim formatur digelar, Wartiah meminta rapat ditunda hingga SK mereka diteken. Namun, menurut Wartiah, Muhammad dan Mawardi tetap bersikeras sehingga Wartiah pun angkat kaki dari lokasi rapat. ''Saya tidak mengetahui adanya pemukulan itu, karena saat pemukulan itu, saya sudah keluar dari sana,'' tandas politisi Udayana ini.
Dengan perkembangan ini, hasil muswil tersebut kemungkinan tidak akan rampung di tingkat DPW. Keputusan akhir nantinya bisa jadi akan diambil oleh DPP PPP. Sebelumnya, PAN NTB juga mengalami nasib demikian setelah Muswil mereka deadlock tanpa keputusan.
Sementara, Kapolsek Cakranegara, Ferdy Irawan, SIK yang langsung turun ke lapangan ketika ditanya wartawan di tempat berlangsungnya rapat formatur di Lesehan Taliwang Irama Cakranegara Kamis (3/3) kemarin membenarkan bahwa di lokasi acara sempat terjadi kericuhan antara ketiga formatur yang sudah dipilih dalam Muswil beberapa waktu lalu. ‘’Bahkan warga sekitar lokasi acara juga banyak yang menyaksikan kericuhan tersebut,’’ katanya.
Ferdy Irawan menjelaskan kronologis kejadiannya, saat itu Muhammad masih di dalam tapi Hj. Wartiah diluar. Setelah mereka melakukan nego Hj. Wartiah minta di luar akhirnya dipenuhi oleh H. Muhammad dan disuruh memanggil utusan dari DPC yaitu Mawardi. Setelah mereka (H. Muhammad dan Mawardi,Red) mulai rapat Hj. Wartiah tidak mengizinkan mereka untuk melanjutkan rapat karena surat keputusan (SK) formatur belum ada.
Tetapi H. Muhammad tetap melanjutkan rapat formatur dengan alasan sudah sidang pleno, tetapi Hj. Wartiah tetap ngotot tidak melanjutkan rapat formatur akhirnya dia (Hj. Wartiah) walk out . Setelah walk out rapat tetap dilanjutkan oleh Muhammad dan Mawardi. Tiba-tiba ajudan Hj. Wartiah yang diketahui bernama H.F mengatakan Mawardi pengkhianat dan langsung memukul Mawardi. ‘’Setelah dipukul mereka kita amankan bersama petugas keamanan Lesehan Taliwang,’’ pungkas Kapolsek. (aan/nas).Suara NTB
Anggota Tim Formatur, H. Muhammad, SH, mengakui dirinya telah terpilih sebagai Ketua DPW dalam rapat tim formatur tersebut. Tim formatur terdiri dari Muhammad, Dra. Hj. Wartiah, M.Pd dan Mawardi. Ketiganya terpilih setelah mengantongi suara terbanyak dalam Muswil beberapa waktu lalu.
Muhammad mengakui adanya insiden pemukulan itu. Namun, ia menegaskan bahwa persoalan itu hanya persoalan antara kader PPP yang satu dengan kader lainnya. Ia juga menambahkan bahwa persoalan ini akan diselesaikan.
Dikonfirmasi terpisah, Wartiah membantah hasil rapat tim formatur itu. Ia menegaskan bahwa rapat itu ilegal. Pasalnya, meski terpilih dalam Muswil, namun hingga kemarin SK pembentukan formatur itu belum diteken oleh dirinya dan H. Muzihir selaku pimpinan sidang.
Selain itu, Wartiah juga menilai keberadaan Mawardi sebagai peserta Muswil direkayasa. Wartiah menegaskan, kepesertaan Mawardi tidak ditetapkan melalui rapat pleno di kepengurusan tingkat kabupaten.
Dengan alasan itu, saat rapat tim formatur digelar, Wartiah meminta rapat ditunda hingga SK mereka diteken. Namun, menurut Wartiah, Muhammad dan Mawardi tetap bersikeras sehingga Wartiah pun angkat kaki dari lokasi rapat. ''Saya tidak mengetahui adanya pemukulan itu, karena saat pemukulan itu, saya sudah keluar dari sana,'' tandas politisi Udayana ini.
Dengan perkembangan ini, hasil muswil tersebut kemungkinan tidak akan rampung di tingkat DPW. Keputusan akhir nantinya bisa jadi akan diambil oleh DPP PPP. Sebelumnya, PAN NTB juga mengalami nasib demikian setelah Muswil mereka deadlock tanpa keputusan.
Sementara, Kapolsek Cakranegara, Ferdy Irawan, SIK yang langsung turun ke lapangan ketika ditanya wartawan di tempat berlangsungnya rapat formatur di Lesehan Taliwang Irama Cakranegara Kamis (3/3) kemarin membenarkan bahwa di lokasi acara sempat terjadi kericuhan antara ketiga formatur yang sudah dipilih dalam Muswil beberapa waktu lalu. ‘’Bahkan warga sekitar lokasi acara juga banyak yang menyaksikan kericuhan tersebut,’’ katanya.
Ferdy Irawan menjelaskan kronologis kejadiannya, saat itu Muhammad masih di dalam tapi Hj. Wartiah diluar. Setelah mereka melakukan nego Hj. Wartiah minta di luar akhirnya dipenuhi oleh H. Muhammad dan disuruh memanggil utusan dari DPC yaitu Mawardi. Setelah mereka (H. Muhammad dan Mawardi,Red) mulai rapat Hj. Wartiah tidak mengizinkan mereka untuk melanjutkan rapat karena surat keputusan (SK) formatur belum ada.
Tetapi H. Muhammad tetap melanjutkan rapat formatur dengan alasan sudah sidang pleno, tetapi Hj. Wartiah tetap ngotot tidak melanjutkan rapat formatur akhirnya dia (Hj. Wartiah) walk out . Setelah walk out rapat tetap dilanjutkan oleh Muhammad dan Mawardi. Tiba-tiba ajudan Hj. Wartiah yang diketahui bernama H.F mengatakan Mawardi pengkhianat dan langsung memukul Mawardi. ‘’Setelah dipukul mereka kita amankan bersama petugas keamanan Lesehan Taliwang,’’ pungkas Kapolsek. (aan/nas).Suara NTB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar