Jonggat,Lombok Tengah - Bagaimana kinerja Anggota Dewan memang selalu mejadi hal yang menarik untuk dibicarakan. Berbagai macam versi muncul tentang bagaimana seharusnya menjadi anggota dewan yang ideal dan apa yang seharusnya dilakukan demi menyerap aspirasi masyarakat agar sesuai dengan nama lembaga yang diembanya yakni sebagai wakil rakyat.
Seorang tokoh masyarakat desa Ubung HL. Wirentane berpendapat, idealnya seorang anggota dewan semestinya paling lama duduk dikursi empuk dewan hanya selama 2 periode saja. Hal itu menurtnya bila dilihat dari sisi keberadaan partai.
“Kita kan tahu, dalam sebuah partai dalam satu kabupaten banyak kader partai yang juga menunggu giliran untuk duduk dikursi empuk Gedung DPRD dan mencoba ilmu serta kecerdasna yanag dimilikinya unutk membela nasib rakyat. Selama ini partai justeru seolah-olah dimiliki oleh segelintir orang yang mampu saja dan kemudian diwariskan turun temurun layaknya harta warisan saja. Regenerasi itu sama sekali tidak ada, jadi wajar saja masyrakat selama ini terus saja menderita tanpa adanaya peningkatan kesejahteraan yang berarti. Memang tidak semua partai seperti itu. Untuk itu masyrakat kedepan harus jeli melihat hal itu”Jelasnya.
Kepala desa Bonjeruk Satum.Spt berpendapat seorang anggota dewan semestinya merupakan wakil semua masyrakat dan bukan wakil kelompok maupun golongan. Semua aspirasi yang diserap bukan lagi dari orang-orang tertentu atau hanya dari konstituen semata. Saat ini masyrakat membutuhkan soialiasi mengenai alur penyampaian aspirasi, bahkan masyrakat tidak tahu kalau anggota dewan merupakan wakil-wakil mereka yang seharusnya memperjuangkan kebutuhan mereka yang belum pernah dijamah oleh pemerintah.
“Saya melihat bahwa masyarakat sangat membutuhkan alur penuanga kenginan mereka atau alur aspirasi. Dewan yang selama ini mereka anggap dan mereka hampir tidak tahu kalau tidak dijelaskan sebagai tempat menyampaikan aspirasi hampir sedikit sekali yang menyentuh mereka, terlebih-lebih lapisan masyrakat yang selama ini merasa tidak terwakili artinya kebanyakan dari anggota dewan itu mengunjungi dimana pemilih-pemilih mereka walupun itu lebihsangat sedikit dan bahkan tidak bersifat kolektif, sehingga akalau aspirasi itu yang diangkat itu lebih merupakan kepentingan.”Katanya.
Satum menambahkan, saat ini masyrakat membutuhkan objektifitas anggota dewan dalam menggali aspirasi ketengah masyrakat. Hal itu memang membutuhkan keberanian, pengalaman dan kecerdasan dari anggota dewan itu sendiri. Pada dasarnya menurut Satum seorang anggota dewan hars mencerminkan keterwakilan untuk semua. Untuk itu pengambilan aspirasi merupakan kebutuhan lombok tengah bukan perorangan ataupun perkelompok.
“Kan penggalian aspirasi itu bisa dalam berbagai hal muncul, seperti aspirasi ketika kita melaksanakan Musyawarah Desa, disitu ka muncul mengenai aspirasi-aspirasi kebutuhan masyrakat bahkan disitu muncul skala prioritas. Sekarang apa jaminanya hasil reses itu dipakai acuanya diambil mana prioritas atau tidak Saat di Musrenbang kecamatan kita akan mebuat sakala prioritas, dari lima belas item peniaian, ketika kemendesakan dan lainya itu sangat jelas kita lakukan. Searang kalau usulan-usula itu terangkat ke masyarakat melalaui reses maka itu akan menambah panjang daftar mimpi dimasyrakat, sebaba masyrakat beragumen ketika usulan mereka tercatat maka mereka menganggap akan segera terealisasi, oleh karena itu kita jangan menambah mimpi-mimpi masyrakat yang memang dalam keadaan susah karena terlalu banyak mimpi”Ujarrnya.
Menanggapi hal tersebut, salah seorang anggota dewan dari dapil 5 jonggat Lalu Erlan SH mengatakan anggapan seperti itu terlalu jauh. Menurutnya konstituen itu berasal dari Dapil dimana seorang anggota dewan itu terpilih. Untuk itu wajar seorang anggota dewan harus lebih memperhatikan konstituenya tersebut karena saat kampanye dulu pasti masing-masing anggota dewan menyampaikan janji-janji politiknya. Hal itulah anggota dewan yang bersangkutan memprioritaskan konstituenya.
“Pendapat masyarakat yang seperti itu terlalu jauh, artinya konstituen itu kan bagiannya di masing – masing dapil itu yang namanya konstituen itu kan orang – orang yang mendukung kita. Kalau menurut saya kalau kita sudah terpilih, tidak hanya ngomong konstituen saja Cuma terkadang seperti ada momen – momen seperti reses itu kan yang itu kita utamakan memang konstituen kita, karena bagaimanapun merekelah yang mempercayai kita untuk menjadi wakilnya, corongnya ke kabupaten.
Karena dari masyarakat itu secara pendidikannya sekarang sudah berkembang, jadi dia tau mana kira – kira yang akan diberikan kepercayaan oleh masyarakat untuk mewakili masyarakat itu sudah jelas pilihan masyarakat. Menurut saya pribadi anggapan – anggapan seperti itu terlalu jauh Cuma inikan tahap awal kita tahun pertama kita sebagai dewan, jadinya ada yang belum sempat kita kunjung atau tercover, cepat atau lambat pasti kita akan lakukan,artinya yang kita utamakan konstituen kita, itu wajib. Karena waktu kampanye dulu ada janji – janji politik secara ;langsung mereka mendengar apa yang kita janjikan dan itu yang berusaha kita isi sedikit demi sedikit, jadi jangan menganggap yang belum di kunjungi merasa di anak tirikan cepat atau lambat pasti kta akan membawa aspirasi mereka, karena dalam satu dapil itu ada 8 orang legislator untuk wilayah dapil 5 jonggat “Imbuhnya.
Lebih lanjut praktisi muda partai Golkar ini menegaskan pihaknya menerima setiap aspirasi dari masyarakat manapun sepanjang masih dlam koridor yang ada. Dan masyakat juga harus memahami bahwasanya hasil reses tahun ini biasanaya terealisasi pada tahaun berikutnya.
“Kita sangat terbuka untuk menerima aspirasi masyarakat selama kapasitas saya masih bisa membantu pasti akan saya bantu. Masing – masing desa itu mempunyai kepentingan – kepentingan, dari kepentingan – kepentingan itu tidak semua bisa terakomodir, taruhlah contoh hasil reses kita terjun kemarin tidak bisa hasil reses 2010 tidak mungkin terealisasi tahun 2010, tidak mungkin saat itu artinya ada tahapan –tahapan.
Kemungkinan hasil 2010 akan dituangkan di APBD 2011. karena itu melalui perencanaan dan ada tahapan – tahapanya, itulah kekurang pahaman masyarakat kita disaat kita turun reses untuk meminta usulan mereka dan ada usulan yang belum terealisasi itu karena menumpuknya kepentingan dan tidak mungkin semua terakomodir. Dan perlu digaris bawahkan bahwa saat ini lombok tengah sedang depisit. Kalau persentasenya tidak bisa kita gambarkan secara nyata. Tetapi kita tetap akan membawa aspirasi masyarakat di wilayah dapil 5 ini” Paparnya. (Sading)
Seorang tokoh masyarakat desa Ubung HL. Wirentane berpendapat, idealnya seorang anggota dewan semestinya paling lama duduk dikursi empuk dewan hanya selama 2 periode saja. Hal itu menurtnya bila dilihat dari sisi keberadaan partai.
“Kita kan tahu, dalam sebuah partai dalam satu kabupaten banyak kader partai yang juga menunggu giliran untuk duduk dikursi empuk Gedung DPRD dan mencoba ilmu serta kecerdasna yanag dimilikinya unutk membela nasib rakyat. Selama ini partai justeru seolah-olah dimiliki oleh segelintir orang yang mampu saja dan kemudian diwariskan turun temurun layaknya harta warisan saja. Regenerasi itu sama sekali tidak ada, jadi wajar saja masyrakat selama ini terus saja menderita tanpa adanaya peningkatan kesejahteraan yang berarti. Memang tidak semua partai seperti itu. Untuk itu masyrakat kedepan harus jeli melihat hal itu”Jelasnya.
Kepala desa Bonjeruk Satum.Spt berpendapat seorang anggota dewan semestinya merupakan wakil semua masyrakat dan bukan wakil kelompok maupun golongan. Semua aspirasi yang diserap bukan lagi dari orang-orang tertentu atau hanya dari konstituen semata. Saat ini masyrakat membutuhkan soialiasi mengenai alur penyampaian aspirasi, bahkan masyrakat tidak tahu kalau anggota dewan merupakan wakil-wakil mereka yang seharusnya memperjuangkan kebutuhan mereka yang belum pernah dijamah oleh pemerintah.
“Saya melihat bahwa masyarakat sangat membutuhkan alur penuanga kenginan mereka atau alur aspirasi. Dewan yang selama ini mereka anggap dan mereka hampir tidak tahu kalau tidak dijelaskan sebagai tempat menyampaikan aspirasi hampir sedikit sekali yang menyentuh mereka, terlebih-lebih lapisan masyrakat yang selama ini merasa tidak terwakili artinya kebanyakan dari anggota dewan itu mengunjungi dimana pemilih-pemilih mereka walupun itu lebihsangat sedikit dan bahkan tidak bersifat kolektif, sehingga akalau aspirasi itu yang diangkat itu lebih merupakan kepentingan.”Katanya.
Satum menambahkan, saat ini masyrakat membutuhkan objektifitas anggota dewan dalam menggali aspirasi ketengah masyrakat. Hal itu memang membutuhkan keberanian, pengalaman dan kecerdasan dari anggota dewan itu sendiri. Pada dasarnya menurut Satum seorang anggota dewan hars mencerminkan keterwakilan untuk semua. Untuk itu pengambilan aspirasi merupakan kebutuhan lombok tengah bukan perorangan ataupun perkelompok.
“Kan penggalian aspirasi itu bisa dalam berbagai hal muncul, seperti aspirasi ketika kita melaksanakan Musyawarah Desa, disitu ka muncul mengenai aspirasi-aspirasi kebutuhan masyrakat bahkan disitu muncul skala prioritas. Sekarang apa jaminanya hasil reses itu dipakai acuanya diambil mana prioritas atau tidak Saat di Musrenbang kecamatan kita akan mebuat sakala prioritas, dari lima belas item peniaian, ketika kemendesakan dan lainya itu sangat jelas kita lakukan. Searang kalau usulan-usula itu terangkat ke masyarakat melalaui reses maka itu akan menambah panjang daftar mimpi dimasyrakat, sebaba masyrakat beragumen ketika usulan mereka tercatat maka mereka menganggap akan segera terealisasi, oleh karena itu kita jangan menambah mimpi-mimpi masyrakat yang memang dalam keadaan susah karena terlalu banyak mimpi”Ujarrnya.
Menanggapi hal tersebut, salah seorang anggota dewan dari dapil 5 jonggat Lalu Erlan SH mengatakan anggapan seperti itu terlalu jauh. Menurutnya konstituen itu berasal dari Dapil dimana seorang anggota dewan itu terpilih. Untuk itu wajar seorang anggota dewan harus lebih memperhatikan konstituenya tersebut karena saat kampanye dulu pasti masing-masing anggota dewan menyampaikan janji-janji politiknya. Hal itulah anggota dewan yang bersangkutan memprioritaskan konstituenya.
“Pendapat masyarakat yang seperti itu terlalu jauh, artinya konstituen itu kan bagiannya di masing – masing dapil itu yang namanya konstituen itu kan orang – orang yang mendukung kita. Kalau menurut saya kalau kita sudah terpilih, tidak hanya ngomong konstituen saja Cuma terkadang seperti ada momen – momen seperti reses itu kan yang itu kita utamakan memang konstituen kita, karena bagaimanapun merekelah yang mempercayai kita untuk menjadi wakilnya, corongnya ke kabupaten.
Karena dari masyarakat itu secara pendidikannya sekarang sudah berkembang, jadi dia tau mana kira – kira yang akan diberikan kepercayaan oleh masyarakat untuk mewakili masyarakat itu sudah jelas pilihan masyarakat. Menurut saya pribadi anggapan – anggapan seperti itu terlalu jauh Cuma inikan tahap awal kita tahun pertama kita sebagai dewan, jadinya ada yang belum sempat kita kunjung atau tercover, cepat atau lambat pasti kita akan lakukan,artinya yang kita utamakan konstituen kita, itu wajib. Karena waktu kampanye dulu ada janji – janji politik secara ;langsung mereka mendengar apa yang kita janjikan dan itu yang berusaha kita isi sedikit demi sedikit, jadi jangan menganggap yang belum di kunjungi merasa di anak tirikan cepat atau lambat pasti kta akan membawa aspirasi mereka, karena dalam satu dapil itu ada 8 orang legislator untuk wilayah dapil 5 jonggat “Imbuhnya.
Lebih lanjut praktisi muda partai Golkar ini menegaskan pihaknya menerima setiap aspirasi dari masyarakat manapun sepanjang masih dlam koridor yang ada. Dan masyakat juga harus memahami bahwasanya hasil reses tahun ini biasanaya terealisasi pada tahaun berikutnya.
“Kita sangat terbuka untuk menerima aspirasi masyarakat selama kapasitas saya masih bisa membantu pasti akan saya bantu. Masing – masing desa itu mempunyai kepentingan – kepentingan, dari kepentingan – kepentingan itu tidak semua bisa terakomodir, taruhlah contoh hasil reses kita terjun kemarin tidak bisa hasil reses 2010 tidak mungkin terealisasi tahun 2010, tidak mungkin saat itu artinya ada tahapan –tahapan.
Kemungkinan hasil 2010 akan dituangkan di APBD 2011. karena itu melalui perencanaan dan ada tahapan – tahapanya, itulah kekurang pahaman masyarakat kita disaat kita turun reses untuk meminta usulan mereka dan ada usulan yang belum terealisasi itu karena menumpuknya kepentingan dan tidak mungkin semua terakomodir. Dan perlu digaris bawahkan bahwa saat ini lombok tengah sedang depisit. Kalau persentasenya tidak bisa kita gambarkan secara nyata. Tetapi kita tetap akan membawa aspirasi masyarakat di wilayah dapil 5 ini” Paparnya. (Sading)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar