Kamis, 09 Desember 2010

Derita TKI di Saudi, 3 Tahun Tak Dibayar, Haryatin Disiksa Sampai Buta

Jakarta- Miris rasanya mendengar kisah penderitaan Haryatin binti Kadi, Tenaga Kerja Wanita (TKW) Indonesia yang mengalami penyiksaan keluarga majikannya di Arab Saudi. Selama 3 tahun 7 bulan bekerja di Arab Saudi, selama itu pula Haryatin dianiaya, hingga ia buta. Tragisnya, ia sama sekali tidak dibayar.

Belum habis luka sedih kita mendengar penderitaan Sumiati, TKI yang disiksa di Arab Saudi, kini muncul lagi kisah sedih Haryatin. Di gedung DPR, Haryatin menuturkan penderitaannya, jadi TKI sampai buta.

"Awalnya saya dikontrak di rumah Haya Mubarok Said Adusry. Tapi ternyata saya ditempatkan di rumah anaknya namanya Fatmah. Setelah saya sebulan di sana, bulan pertama saya dimaraha-marahi. Alasannya kerja nggak cakap, ini dan itulah. Akhirnya, pada bulan kedua saya dianiaya, dipukul, lalu saya lari ke rumah majikan saya yang namanya Haya itu,” tutur Haryatin sambil menitikkan air mata.

Dia melanjutkan, “Tapi di situ Haya nggak ada. Lalu saya dijemput oleh Fatmah, dan di situ saya dihajar, dicambuk sama selang air sampai tangan saya berdarah dan memar dari kepala sampai punggung saya," katanya lirih.

Siang tadi, Senin (6/12/2010), perempuan asal Blitar Jawa Timur ini bersama sejumlah anggota DPR dan Migrant Care melakukan konferensi pers untuk mengungkap kasus penganiayaan yang sudah lama terjadi itu di Pressroom Gedung DPR, Jakarta.

Di rumah anak majikannya yang bernama Fatma itu, Haryatin mengalami tekanan fisik dan psikologis luar biasa.

"Kerjaan itu kalau nggak dikerjain itu duluan salah, kalau dikerjain duluan yang lain juga salah. Nanya kerjaan salah, nggak nanya kerjaan juga salah. Kalau nanya katanya nggak bisa kerja. Kalau nggak nanya dibilang ini rumah kamu sendiri. Pokoknya serba salah," bebernya.

Menurut wanita usia 32 tahun itu, setiap kali dipukul Fatma ia selalu pingsan. Karena kerap dipukul memakai sapu, ikat kepala, rotan.

"Suka dijedorkan ke dinding pakai air, muka diolesin tahi. Segala jenis penganiayaan itu pernah saya alami di situ. Sampai saya nggak tahan. Saya cuma berusaha lari. Tapi akhirnya saya jatuh dari tingkat dua, dan saya terjebak di kebun tetangga. Saya sampai 3 hari nggak makan," katanya. Haryatin berusaha bersabar sampai setahun. Namun setelah setahun di rumah Fatma itu, ia mengalami kebutaan.

"Penganiayaan itu berlangsung menyakitkan sekali. Penderitaan saya di sana sangat tak manusiawi. Udah dihajar. Buta nggak dipulangin. Habis kontrak pun nggak dipulangin.

Setiap penganiayaan pasti parah sampai terjatuh-jatuh. Kalau didorong itu nggak seberapa, tapi ini diinjak-injak, diolesi tahi muka saya, dicubit-cubit paha saya sampai. Kaki saya dibalik dirocet-rocet sama kayu," bebernya.

Ia mengungkapkan sama sekali tidak menerima bayaran selama bekerja di Arab Saudi.

"Selama saya di sana, nggak pernah digaji. Mau pulang pun saya nggak dikasih tahu alasannya mau diajak berobat. Itupun setelah habis kontrak setelah saya 3 tahun 7 bulan, saya diajak berobat tapi ternyata saya dipulangin," ungkapnya.

Ia menuntut pemerintah Arab Saudi mau mengadili dan menghukum majikan dan anaknya itu.

"Saya menuntut agar pemerintah mengadili dan menghukum majikan saya seadil-adilnya. Harapan saya bisa mendapatkan hak-hak saya dan bisa kembali sembuh lagi seperti semula," harapnya. [irw]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar