Sulit Dilalui Kendaraan Roda Empat
Tanjung (Suara NTB) -
Hingga kini Dusun Leong, Desa Tegal Maja, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara (KLU) masih sulit dilalui kendaraan roda empat. Ini karena kondisi jalan rusak berat, selain sempit jalan yang ada berada di tebing bukit.
Keinginan warga Leong agar jalan sepanjang sekitar 12 km ditingkatkan sebenarnya sejak lama didambakan. Sekitar Mei 1997 mantan Bupati Lombok Barat (Lobar), Drs H. Mudjitahid pernah berkunjung ke tempat ini. Saat itu warga menghibahkan tanahnya untuk dijadikan jalan agar arus transportasi ke tempat ini lancar.
Dambaan warga Leong agar pemerintah meningkatkan jalan bukan tanpa alasan. Baik di Leong Timur, tengah dan Leong Barat menyimpan potensi perkebunan dengan komoditi andalan seperti kopi, cengkeh, kakao, pisang dan kelapa. Tak heran karena jalan masih buruk, ongkos kendaraan ojek ke tempat ini cukup mahal.
Wakil Ketua Komisi I DPRD KLU, Ardianto, SH, Selasa (14/9) kemarin menyatakan kondisi jalan yang belum ditingkatkan dan masalah penerangan listrik dari PLN yang belum ada, sempat disampaikan warga kepada dirinya saat pulang lebaran baru-baru ini. Pemerintah KLU sudah memprogramkan peningkatan infrastruktur jalan di sejumlah lokasi. Nilai tanah yang dihibahkan warga ke pemerintah untuk jalan pada 1997 sekitar Rp 275 ribu.
‘’Kalau tidak bisa diperjuangkan dengan APBD Perubahan tahun ini, peningkatan jalan di Leong dilaksanakan 2011. Karena jalan lingkar jurusan Leong Timur ke Leong Tengah dan Lendang Bila sekitar 12 km perlu ditingkatkan,’’ jelas Ardianto di Tanjung.
Masalah listrik, sambungnya, saat ini sedang dibangun jaringan dari Lendang Bila, diharapkan jaringan itu sampai ke Leong tidak terlalu lama. Mengatasi kebutuhan penerangan, warga terpaksa membeli mesin genset yang dioperasikan pada malam hari. Baik jalan maupun jaringan listrik tetap diperjuangkan ke pemerintah KLU karena menyangkut kebutuhan masyarakat.
Sulitnya kendaraan roda empat ke Leong berimbas pada mahalnya ongkos angkutan ojek dan berpengaruh terhadap harga komoditi perkebunan. Ongkos ojek dari Tanjung ke Leong sekitar Rp 15 ribu per orang, jauh lebih tinggi ongkos angkutan umum dari Tanjung ke Mataram berjarak 30 km yang hanya Rp 10 ribu per orang. Ini belum termasuk ongkos barang yang juga tergolong tinggi.
Ongkos semen satu sak Rp 12 ribu, demikian juga dengan barang lain ongkosnya cukup mahal. Ini berarti harga komoditi perkebunan banyak tersedot oleh biaya angkutan. (051)updated: Rabu 15/09/10
Dambaan warga Leong agar pemerintah meningkatkan jalan bukan tanpa alasan. Baik di Leong Timur, tengah dan Leong Barat menyimpan potensi perkebunan dengan komoditi andalan seperti kopi, cengkeh, kakao, pisang dan kelapa. Tak heran karena jalan masih buruk, ongkos kendaraan ojek ke tempat ini cukup mahal.
Wakil Ketua Komisi I DPRD KLU, Ardianto, SH, Selasa (14/9) kemarin menyatakan kondisi jalan yang belum ditingkatkan dan masalah penerangan listrik dari PLN yang belum ada, sempat disampaikan warga kepada dirinya saat pulang lebaran baru-baru ini. Pemerintah KLU sudah memprogramkan peningkatan infrastruktur jalan di sejumlah lokasi. Nilai tanah yang dihibahkan warga ke pemerintah untuk jalan pada 1997 sekitar Rp 275 ribu.
‘’Kalau tidak bisa diperjuangkan dengan APBD Perubahan tahun ini, peningkatan jalan di Leong dilaksanakan 2011. Karena jalan lingkar jurusan Leong Timur ke Leong Tengah dan Lendang Bila sekitar 12 km perlu ditingkatkan,’’ jelas Ardianto di Tanjung.
Masalah listrik, sambungnya, saat ini sedang dibangun jaringan dari Lendang Bila, diharapkan jaringan itu sampai ke Leong tidak terlalu lama. Mengatasi kebutuhan penerangan, warga terpaksa membeli mesin genset yang dioperasikan pada malam hari. Baik jalan maupun jaringan listrik tetap diperjuangkan ke pemerintah KLU karena menyangkut kebutuhan masyarakat.
Sulitnya kendaraan roda empat ke Leong berimbas pada mahalnya ongkos angkutan ojek dan berpengaruh terhadap harga komoditi perkebunan. Ongkos ojek dari Tanjung ke Leong sekitar Rp 15 ribu per orang, jauh lebih tinggi ongkos angkutan umum dari Tanjung ke Mataram berjarak 30 km yang hanya Rp 10 ribu per orang. Ini belum termasuk ongkos barang yang juga tergolong tinggi.
Ongkos semen satu sak Rp 12 ribu, demikian juga dengan barang lain ongkosnya cukup mahal. Ini berarti harga komoditi perkebunan banyak tersedot oleh biaya angkutan. (051)updated: Rabu 15/09/10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar