"Yang namanya pemborosan itu antara lain bila Anda makan menuruti semua yang Anda inginkan." (HR. Ibnu Majah)
Makan untuk hidup, atau hidup untuk makan? Pertanyaan seperti itu mungkin sudah pernah kita dengar. Mana yang kita pilih? Jelas kita lebih memilih bahwa makan adalah untuk hidup, bukan sebaliknya, hidup untuk makan. Banyak kewajiban yang harus ditunaikan dalam hidup kita dari sekedar makan. Makan hanya menjadi penunjang kehidupan dan bukan menjadi tujuan hidup. Tapi, percayakah kita bila ada sebagian orang yang menjadikan hidupnya untuk makan?
Dalam hadits di atas, Rasululah menjelaskan batasan sikap yang harus kita lakukan dalam menyikapi soal makan. Menuruti semua selera dan keinginan dalam makanan, menurut Rasulullah bagian dari pemborosan yang harus dijauhi. Allah SWT pun berfirman dalam Al-Qur`an, "Makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf : 31)
Unik sekali prinsip para sahabat Rasulullah dahulu dalam soal makan. Mereka mengatakan, "Kami adalah sekelompok kaum yang tidak makan kecuali lapar dan bila kami makan kami tidak sampai merasa kenyang." Sikap seperti inilah antara lain yang menopang kejayaan serta keberhasilan mereka dalam mengukir prestasi dalam kehidupannya, bahkan dalam catatan sejarah manusia.
Dari segi kesehatan, makan berlebihan atau banyak makan terbukti mengundang banyak penyakit, seperti kelebihan kolesterol, penyempitan pembuluh darah, kencing manis dan lain-lain. Orang yang makan berlebihan juga akan merasa berat dalam melakukan berbagai aktivitas, karena lambung yang penuh sesak dengan isi akan membuat orang malas bekerja. Dan dikhawatirkan ia menjadi orang yang lalai dari mentaati perintah Allah serta tidak mampu mengerjakan amalan sunnah.
Salah satu norma makan yang harus dipegang seorang muslim adalah, hendaknya jangan makan bila belum lapar untuk menghindarkan diri dari makan yang bukan sebagai kebutuhan tetapi sebagai pemenuhan nafsu belaka. Juga hendaknya jangan menginginkan makanan yang tidak tersedia. Benarlah apa yang dikatakan oleh orang-orang tua kita dahulu, ketika mereka ditanya, "Apa lauk pauk yang paling enak? Mereka hanya menjawab singkat, "Makan ketika lapar." (na)
Dalam hadits di atas, Rasululah menjelaskan batasan sikap yang harus kita lakukan dalam menyikapi soal makan. Menuruti semua selera dan keinginan dalam makanan, menurut Rasulullah bagian dari pemborosan yang harus dijauhi. Allah SWT pun berfirman dalam Al-Qur`an, "Makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf : 31)
Unik sekali prinsip para sahabat Rasulullah dahulu dalam soal makan. Mereka mengatakan, "Kami adalah sekelompok kaum yang tidak makan kecuali lapar dan bila kami makan kami tidak sampai merasa kenyang." Sikap seperti inilah antara lain yang menopang kejayaan serta keberhasilan mereka dalam mengukir prestasi dalam kehidupannya, bahkan dalam catatan sejarah manusia.
Dari segi kesehatan, makan berlebihan atau banyak makan terbukti mengundang banyak penyakit, seperti kelebihan kolesterol, penyempitan pembuluh darah, kencing manis dan lain-lain. Orang yang makan berlebihan juga akan merasa berat dalam melakukan berbagai aktivitas, karena lambung yang penuh sesak dengan isi akan membuat orang malas bekerja. Dan dikhawatirkan ia menjadi orang yang lalai dari mentaati perintah Allah serta tidak mampu mengerjakan amalan sunnah.
Salah satu norma makan yang harus dipegang seorang muslim adalah, hendaknya jangan makan bila belum lapar untuk menghindarkan diri dari makan yang bukan sebagai kebutuhan tetapi sebagai pemenuhan nafsu belaka. Juga hendaknya jangan menginginkan makanan yang tidak tersedia. Benarlah apa yang dikatakan oleh orang-orang tua kita dahulu, ketika mereka ditanya, "Apa lauk pauk yang paling enak? Mereka hanya menjawab singkat, "Makan ketika lapar." (na)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar