Selasa, 01 Desember 2009

Filosofi Ajaran Wetu Telu di Bayan-Lombok Utara (Bag. 4-habis )

Adat lebih Dulu Ada dari Pada Agama
Kalau kita kupas dan gali secara mendasar kaitan Wetu Telu dengan semua unsur yang diatas memang tidak akan dapat habis, tapi masalahnya sekarang adalah bagai mana penerapan dan pelaksanaannya oleh manusia yang kembali lagi pada sifat manusia itu sendiri. Adat, Agama, Manusia, lingkungan (alam) hingga asal usul kehidupan manusia itu sendiri mulai dari sebelum terlahir sampai kembali lagi ke alam, kubur dan akherat memang tidak dapat terlepas dari filosofi dari Wetu Telu itu sendiri. Tapi soal kepercayaan tentang adat dan Agama memang masih banyak pendapat mana yang lebih dulu ada.

Adat istiadat adalah suatu bentuk aturan yang mengatur adaptasi atau penentu tata tertib mahluk hidup (manusia). Tapi melihat dari hubungan dan kaitannya dengan manusia, adat lebih dulu ada dari pada Agama, karena adat yang pertama kali mengatur tata krama masyarakat atau manusia, terlebih asal usul adat juga tidak ada yang tahu persis siapa yang pertama kali membawa dan menyakinkan masayarakat untuk diterapkan dan dijaga dalam kehidupan sehari-hari, bahkan secara spontan dan refleks mampu mengatur peradaban manusia sehingga ajaran atau paham yang tertuang dengan ajaran yang ada dan yang tertulis dalam Agama juga tidak ada yang menyimpang, (satu tapi tidak dapat bersatu, sama tapi tidak dapat disamakan, sendiri tapi tidak dapat dipisahkan).

Jadi sesuatu yang sifatnya sudah baku adanya di muka bumi dan sudah tentu dapat berubah dan diubah, sedangkan Adat dan Agama yang sifatnya sudah mutlak tidak dapat dirubah dan diubah beradasarkan keyakinan manusia atau komuinitas adat itu sendiri, tambah Kardi yang kemudian di amini oleh Haji Amir. Jadi yang jelas dan kita berharap isu atau pun paham yang selama ini berkembang dimasyarakat luas kalau Wetu Telu itu agama yang diyakini dan dianut oleh masyarakat dan komunitas Adat Bayan itu sangatlah tidak mendasar dan hanya di populerkan secara sepihak, terlebih dengan adanya terbitan buku yang kebenaranya tidak dapat dipertanggung jawabkan, tambah Kardi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar