Minggu, 22 September 2013

"Tortila" Peluang Usaha Menjanjikan di Lombok Utara

Lombok Utara - Pembuatan makanan ringan dari bahan lokal yang dikenal dengan tortilla perlu terus dikembangkan di Kabupaten Lombok Utara (KLU), karena mengingat kabupaten yang baru berusia lima tahun ini kaya akan obyek wisata seperti Air Terjun dan rumah adat tradisional yang menjanjikan peluang bagi pengusaha kecil.

Hal tersebut dikatakan Fasilitator Daerah (Fas-Da) provinsi Nusa Tenggara Barat, Tukul Sumardiono, ketika ditemui di Kantor Desa Sukadana Kecamatan Bayan-KLU 22/9/13. Menurutnya, semua pengunjung ke obyek wisata yang ada di KLU termasuk Air Terjun Senaru, ketika pulang tentu membutuhkan oleh-oleh atau jajan khas Dayan Gunung.

“Pembuatan tortilla merupakan sebuah peluang usaha bagi kelompok ibu-ibu yang sekarang dilatih mengembangkan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) yang didanai Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)”, jelas Tukul Sumardiono yang juga sebagai Kasi Ketahanan Pangan pada kantor DKPPK Lombok Utara.

Selain itu, sambung Tukul, para wisatawan baik lokal ataupun mancanegara juga membutuhkan baju kaos yang berlogo obyek wisata seperti Air Terjun, Rinjani, rumah adat atapun masjid kuno.
 
Ketika ditanya soal pemasaran, Tukul menegaskan tidak ada persoalan, karena yang membutuhkan makanan khas seperti tortila dan baju yang berlogo wisata bukan saja wisatawan lokal, tapi juga wisatawan mancanegara. “Saya rasa soal pemasaran tidak terlalu sulit, karena ketika kita ke luar daerah tentu kita akan mencari oleh-oleh khas daerah setempat, demikian juga dengan para pengunjung ke Dayan Gunung, tentu akan mecari cendra mata khas daerah Lombok Utara”, jelasnya.

Dikatakan, KLU yang kaya akan budaya ini belum ada mencetak baju kaos yang berlogo aicon budaya ataupun wisata, termasuk makanan khas daerah. “Memang ada tempat penjualan kain tenun khas Bayan di depan masjid kuno Bayan, namun harganya masih cukup tinggi. Sementara yang dibutuhkan oleh para pengunjung adalah harga yang terjangkau, seperti gantungan kunci, baju kaos dan termasuk jajanan khas KLU”, katanya.

Selain itu, lanjut Tukul, warga kita belum menunjukkan pakaian jati dirinya, seperti bila masuk ke masjid kuno atau rumah adat harus memakai pakaian adat khas daerah masing-masing, sehingga pengunjung yang datang harus disediakan tempat menyewa pakaian adat. “Dan ini perlu terus kita dorong dan kita dukung bersama untuk memajukan para pengusaha lokal”, ungkapnya.

Terkait pengembangan tortila, menurut pendapat Tukul perlu terus dikembangkan, karena makanan ringan ini cukup laris di pasaran. Demikian juga bahan pembuatannya cukup mudah diperoleh di KLU, karena menggunakan bahan lokal seperti, ubi, jagung dan bahan lokal lainnya. “Kalau makanan tortila ini dikembangkan, maka tentu akan mampu meningkatkan penghasilan keluarga dan membawa kepada kemajuan ekonomi bagu para pengusaha kecil dan menangah”, jelasnya.

Untuk mengembangkan usaha kecil dan menangah, pemerintah perlu duduk bersama dalam melakukan penyuluhan kepada masyarakat. Dan dalam hal ini Pemda perlu mendorong semua instansi pemerintah untuk bersama-sama melakukan gerakan sehinga para pengusaha di KLU dapat berkembang pesat.

Menyoroti perkembangan ekonomi KLU, menurut Tukul Sumardino cukup berkembang pesat jika dilihat dari kemampuan pemerintah menurunkan angka kemiskinan dari 43,14 persen menjadi 37 persen. “Saya rasa ini merupakan prestasi yang cukup luar biasa, karena dalam waktu beberapa tahun pemerintah mampu menurunkan angka kemiskinan. Kemudian peningkatan ekonomi ini juga dapat dilihat dari Pola Pangan Harapan (PPH) yang pada beberapa tahu lalu bertengger pada angka 66,6, tapi sekarang sudah naik menjadi 72,2. Ini artinya keragaman makan masyarakat sudah meningkat”, jelasnya.

Apakah dengan mengembangkan tortila ini mampu meningkatkan perekonomian masyarakat?  Menjawab pertanyaan tersebut, dengan tegas Tukul mengaku mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat bila pemerintah bersinergi bersama. “Dan setelah kelompok perempuan dilatih UEP yang didanai PNPM ini kita harus terus pacu mereka, jangan sampai ditinggalkan setelah dilatih sehingga menimbulkan pengangguran baru”, tegasnya. www.suarakomunitas.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar