Sabtu, 10 September 2011

Status Tambora Naik ke Level Siaga

Warga Panik, Radius Tiga Kilometer Dikosongkan 

Dompu - Status Gunung Tambora telah ditingkatkan dari waspada (level II) menjadi siaga (level III). Peningkatan status ini didasari adanya peningkatan aktivitas Gunung Tambora dengan meningkatnya aktivitas kegempaan dan visual yang dikhawatirkan akan memicu peningkatan aktivitas vulkanik yang lebih besar. Peningkatan status Tambora ini membuat warga sekitar Tambora panik, karena khawatir akan ada letusan. Tidak hanya itu, sebagian warga bahkan memilih mengungsi. 
Petugas pemantau Gunung Tambora di Desa Doropeti Kecamatan Pekat, Abdul Haris kepada Suara NTB Jumat (9/9) kemarin, mengatakan, status Gunung Tambora telah ditingkatkan statusnya dari waspada menjadi saga sejak Kamis (8/9) pukul 16.00 wita. “Untuk saat ini terekam terjadi gempa tremor vulkanik yang terus menerus. Terpantau juga ada asap setinggi 6 meter dari bibir kaldera kawah Tambora,” katanya. Saksi Taufik bahkan mengatakan, kondisi di atas Tambora tampak gelap. ‘’Ada kepulan asap dan warna merah dan terdengar letusan dari Gunung Tambora. 
Kita sudah siap – siap dengan keluarga sambil menunggu aba – aba untuk menyelamatkan diri,” kata Taufik, warga Pekat. Sejumlah warga yang bermukim di Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) Nangakara dan Sorinomo memilih menjauhi kampungnya karena suasana gelap. ‘’ Namun sore hari kami kembali pulang karena sudah tidak gelap lagi,’’ kata Taufik.
Kekhawatiran warga ini semakin menjadi-jadi ketika mendapati surat berisi perkiraan daerah yang akan terkena danpak letusan Gunung Tambora yaitu wilayah Soritatanga, Doropeti, Pekat dan bahkan di hampir seluruh wilayah Pekat dan Tambora. “Untuk Hodo, tidak sampai kena,” kata Taufik yang mengaku mendapat informasi itu dari warga lain. 
Camat Pekat, Syaifullah mengakui adanya kepanikan warga karena berkembangnya informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Padahal hingga saat ini pihaknya belum mengeluarkan informasi resmi untuk diumumkan kepada warga melalui kepala desa. 
Informasi yang disampaikan pihaknya kepada kepala desa untuk diteruskan ke warga beberapa waktu lalu sesuai surat Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan Pertambangan dan Energi Dompu yang menindaklanjuti surat dari Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Bandung tentang status Tambora yang waspada. ‘’Setelah itu, kami belum mengeluarkan surat resmi lain. Untuk itu kepada warga diminta untuk tidak mudah terprovokasi soal ancaman Tambora dari orang yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya,’’sarannya. 
Berdasarkan keterangan resmi PVMBG Bandung yang telah menaikan status Gunung Tambora dalam situsnya bahwa terjadi peningkatan aktivitas Gunung Tambora teramati dengan meningkatnya aktivitas kegempaan dan visual, terutama Gempa Vulkanik Dalam dan Vulkanik Dangkal. 
Gempa Vulkanik Dalam (VA) terus mengalami peningkatan hingga 7 September 2011 sejumlah 32 kali hanya dalam 6 jam. Peningkatan aktivitas vulkanik berupa Gempa Vulkanik Dalam dan Vulkanik Dangkal dikhawatirkan akan memicu peningkatan aktivitas vulkanik yang lebih besar. Berdasarkan hasil analisa data visual dan kegempaan, maka terhitung tanggal 8 September 2011, pukul 16.00 WITA, status kegiatan Gunung Tambora dinaikkan dari waspada (level II) menjadi siaga (level III). 
Peningkatan status ini berdasarkan data visual dan kegempaan yang terekam dari arah Pos Pengamat Gunung Api Tambora di Desa Doropeti Kecamatan Pekat. Dimana kondisi visual Tambora tidak teramati adanya hembusan asap kawah dari Kaldera Tambo sejak dinaikan statusnya menjadi waspada kecuali pada 5 September, yaitu teramati adanya hembusan asap kawah berwarna putih tipis setinggi 10 meter dari bibir kaldera. Sementara jenis gempa yang terekam pada 30 Agustus, gempat tremor menerus dengan amplitude maksimum 1-8.5 mm (dominan 5 mm), 1 Gempa Low Frequency (LF), 5 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 9 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 2 kali Gempa Tektonik Lokal (TL) dan 10 Gempa Tektonik Jauh (TJ) pada 30 Agustus. Namun pada 7 September, terekam Gempa Tremor menerus dengan amplitude maksimum 0.5-5 mm (dominan 1 mm), 6 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 40 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 1 kali Gempa Tektonik Lokal (TL), dan 5 Gempa Tektonik Jauh (TJ). 
Karenanya, masyarakat di sekitar gunung Tambora dan pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan melalukan aktivitas apapun di gunung Tambora dalam Kawasan Rawan Bencana III (KRB III) dan dalam radius 3 km dari pusat aktivitas gunung Tambora. Masyarakat di sekitar gunung Tambora diharap tenang, tidak tepancing isyu-isyu tentang letusan gunung Tambora. 
Di sisi lain, PVMBG akan selalu berkoordinasi dengan Pemerintah NTB selaku Ketua Satkorlak Penanggulangan Bencana (PB) dan Pemda Dompu dan Bima selakuk Ketua Satlak PB tentang aktivitas gunung Tambora. Masyarakat pun diharapkan selalu mengikuti arahan dari SATLAK PB dan SATKORLAK PB. 
Bupati Dompu, Drs. H. Bambang M Yasin yang dikonfirmasi usai menerima kunjungan Kapolda NTB di Polres Dompu, Jumat kemarin mengatakan, pihaknya akan berangkat ke Pekat untuk mendampingi masyarakat setempat dan menenangkannya terkait dengan peningkatan status dari waspada ke siaga. Hal ini dilakukan agar warga sekitar lereng Tambora tidak terlalu panic menyikapi peningkatan status Tambora dan tetap beraktifitas seperti biasa, namun tetap waspada. “Kita juga telah menempatkan tim – tim rahasia yang akan melakukan koordinasi setiap saat,” ungkap Bambang. 
Sementara itu, beberapa Kepala SKPD telah berangkat ke Pekat dan terbagi dalam lima tim untuk bersilaturrahmi dengan masyarakat Pekat yang tersebar di Desa Doropeti, Sorinomo, Nangamiro, Pekat, dan Dusun Pancasila Desa Tambora). Isya nanti (Jumat malam) tim ini akan melakukan salat berjamaah dan dilanjutkan dengan kegiatan silaturrahmi,” kata Kepala Bagian Humas Setda Dompu, Iwan Iskandar, A.Pi. (ula)Sumber: Suara NTB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar