Lombok Utara - Para siswa-siswi MTs. Gauz Abdurrazzaq NW Tumpangsari Desa Senaru Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara, sudah melakukan persiapan untuk mengikuti Ujian Nasional (UN).
“Selama tiga bulan kami melakukan persiapan bagi 18 siswa yang akan mengukuti UN, mulai dari pengayaan dan tri out sampai memberikan materi Bank soal”, kata Kepala MTs. Gauz Abdurrazzaq NW Tumpangsari, Selam Shi, ketika ditemui 8/3 di ruang kerjanya.
Karena mengingat nilai kelulusan 5,5, lanjut Selam, berbagai kegiatan telah dilakukan, termasuk pemberian do’a oleh Pengurus Besar (PB) NW Anjani, yang diserahkan langsung kepada para siswa secara keseluruhan di MTs. Baqiatushsolihat NW Santong Kecamatan Kayangan.
Menyoroti jumlah siswa MTs Gauz Abdurrazzaq NW, sekarang ini sebanyak 73 siswa yang terdiri dari kelas I sebanyak 25 orang, kelas II, 20 dan kelas III yang akan mengikuti ujian tahun ini 18 orang, dengan jumlah tenaga pendidik 17 orang, yang rata-rata honorer,
“Kalau ditinjau dari sisi pinansial, mengajar di MTs ini, memang jauh dari cukup, karena rata-rata para pendidik hanya mengandalkan masukan dari dana Tunjangan Fungsional (TF) dan dana dari Bantuan Oprasional Sekolah (BOS)”, jelasnya.
Dan aturan terbaru, khusus untuk yang mendapatkan TF menggunakan prosentasi dari jumlah siswa. Sementara untuk dana BOS, yang boleh untuk honor guru dan lain-lainnya hanya 20 persen dari total anggaran yang diterima di sekolah. “Jadi kalau dihitung-hitung honor guru yang mengajar, jauh dari Upah Minimum Regional (UMR), dan ini perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah Lombok Utara”, jelasnya.
Sementara Ustadz Bukhori, Spd mengatakan, lembaga pendidikan Gauz Abdurrazzaq yang terdiri dari Madrasah Ibtidaiyah (MI), MTs dan Madrasah Aliyah ini belum memiliki guru yang pegawai negeri. Padahal keberadaan PNS, di sebuah lembaga pendidikan swasta sangat dibutuhkan. “Kita dulu pernah memiliki guru yang PNS, namun sejak lima tahun lalu, tidak ada lagi yang PNS, sehingga guru yang mengajar murni guru swasta”, kata Bukhori yang juga guru setempat.
Pantauan Radar Lombok di lokasi menunjukkan, bahwa dari segi ruang kelas sudah cukup, hanya saja ada dua ruangan kelas yag mengalami rusak berat, yaitu ruangan kelas I dan kelas II Madrasah Ibtidaiyah, sehingga kelas I dan II ini masuk secara bergantian. “Untuk dua ruangan ini kita belum memperoleh dana rehab dari pemerinta, sehingga kelas I dan II MI harus bergantian masuk kelas”, jelas Bukhori.
Karena mengingat nilai kelulusan 5,5, lanjut Selam, berbagai kegiatan telah dilakukan, termasuk pemberian do’a oleh Pengurus Besar (PB) NW Anjani, yang diserahkan langsung kepada para siswa secara keseluruhan di MTs. Baqiatushsolihat NW Santong Kecamatan Kayangan.
Menyoroti jumlah siswa MTs Gauz Abdurrazzaq NW, sekarang ini sebanyak 73 siswa yang terdiri dari kelas I sebanyak 25 orang, kelas II, 20 dan kelas III yang akan mengikuti ujian tahun ini 18 orang, dengan jumlah tenaga pendidik 17 orang, yang rata-rata honorer,
“Kalau ditinjau dari sisi pinansial, mengajar di MTs ini, memang jauh dari cukup, karena rata-rata para pendidik hanya mengandalkan masukan dari dana Tunjangan Fungsional (TF) dan dana dari Bantuan Oprasional Sekolah (BOS)”, jelasnya.
Dan aturan terbaru, khusus untuk yang mendapatkan TF menggunakan prosentasi dari jumlah siswa. Sementara untuk dana BOS, yang boleh untuk honor guru dan lain-lainnya hanya 20 persen dari total anggaran yang diterima di sekolah. “Jadi kalau dihitung-hitung honor guru yang mengajar, jauh dari Upah Minimum Regional (UMR), dan ini perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah Lombok Utara”, jelasnya.
Sementara Ustadz Bukhori, Spd mengatakan, lembaga pendidikan Gauz Abdurrazzaq yang terdiri dari Madrasah Ibtidaiyah (MI), MTs dan Madrasah Aliyah ini belum memiliki guru yang pegawai negeri. Padahal keberadaan PNS, di sebuah lembaga pendidikan swasta sangat dibutuhkan. “Kita dulu pernah memiliki guru yang PNS, namun sejak lima tahun lalu, tidak ada lagi yang PNS, sehingga guru yang mengajar murni guru swasta”, kata Bukhori yang juga guru setempat.
Pantauan Radar Lombok di lokasi menunjukkan, bahwa dari segi ruang kelas sudah cukup, hanya saja ada dua ruangan kelas yag mengalami rusak berat, yaitu ruangan kelas I dan kelas II Madrasah Ibtidaiyah, sehingga kelas I dan II ini masuk secara bergantian. “Untuk dua ruangan ini kita belum memperoleh dana rehab dari pemerinta, sehingga kelas I dan II MI harus bergantian masuk kelas”, jelas Bukhori.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar