Bayan, Lombok Utara - Tepat pukul 16 wita, dua orang laki-laki yang diiringi oleh puluhan pemuda adat keluar dari kampu (rumah) adat Bayan Barat. Kedua laki-laki yang sudah dikeremasi itu ditamsilkan sebagai dua sosok penganten yang dikawal masuk masjid kuno Bayan Beleq.
Dan penganten inilah yang dikenal dengan sebutan “Praja Mulud”, sebagai pertanda bahwa semua ritual prosesi mulud adat Bayan berakhir. “Filosofi dari penganten ini, adalah menggambarkan pertemuan Adam dan Siti Hawa yang sudah lama berpisah setelah dikeluarkan dari syurga.
Sejak keluar dari kampu, Praja Mulud ini dipayungi dengan menggunakan payung agung hingga masuk ke dalam masjid yang berukuran 9X9 meter persegi. Sementara di belakang Praja Mulud, puluhan pemuda komunitas adat tampak membawa makanan yang di taruh di‘ancak saji’ yang terbuat dan bambu.
Sesampai di masjid kuno Bayan Beleq, satu persatu mencuci kaki di sebuah tempayan yang sudah disediakan. Setelah itu mereka menunduk sebagai tanda hormat dan masuk ke dalam masjid yang lantainya terbuat dari tanah liat ini. Sedangka si pembawa payung agung tetap berdiri memayungi komunitas adat masuk ke dalam masjid.
Setelah Praja Mulud dan pengiring semuanya masuk ke dalam masjid, dari arah timur (kampu Karang Bajo-red) puluhan tokoh adat, datang membawa makanan siap saji yang disediakan untuk komunitas adat yang sudah berada didalam masjid.
Di dalam masjid, tampak beberapa tokoh berbincang, dan setelah itu barulah salah seorang diantara mereka berdo’a yang diamaini oleh semua jama’ah. Dan ini sebagai pertanda bahwa prosesi mulud adat Bayan sudah selesai.
Khusus dikampu Karang Bajo, tidak kurang 54 ekor kambing dan ratusan ayam yang dipotong untuk disajikan pada acara mulud adat dan para tamu yang datang. Kambing atau ayam ini dibawa oleh komunitas adat untuk membayar “sesangi”, atau nazar yang pernah diucapkan.(Ari)
Dan penganten inilah yang dikenal dengan sebutan “Praja Mulud”, sebagai pertanda bahwa semua ritual prosesi mulud adat Bayan berakhir. “Filosofi dari penganten ini, adalah menggambarkan pertemuan Adam dan Siti Hawa yang sudah lama berpisah setelah dikeluarkan dari syurga.
Sejak keluar dari kampu, Praja Mulud ini dipayungi dengan menggunakan payung agung hingga masuk ke dalam masjid yang berukuran 9X9 meter persegi. Sementara di belakang Praja Mulud, puluhan pemuda komunitas adat tampak membawa makanan yang di taruh di‘ancak saji’ yang terbuat dan bambu.
Sesampai di masjid kuno Bayan Beleq, satu persatu mencuci kaki di sebuah tempayan yang sudah disediakan. Setelah itu mereka menunduk sebagai tanda hormat dan masuk ke dalam masjid yang lantainya terbuat dari tanah liat ini. Sedangka si pembawa payung agung tetap berdiri memayungi komunitas adat masuk ke dalam masjid.
Setelah Praja Mulud dan pengiring semuanya masuk ke dalam masjid, dari arah timur (kampu Karang Bajo-red) puluhan tokoh adat, datang membawa makanan siap saji yang disediakan untuk komunitas adat yang sudah berada didalam masjid.
Di dalam masjid, tampak beberapa tokoh berbincang, dan setelah itu barulah salah seorang diantara mereka berdo’a yang diamaini oleh semua jama’ah. Dan ini sebagai pertanda bahwa prosesi mulud adat Bayan sudah selesai.
Khusus dikampu Karang Bajo, tidak kurang 54 ekor kambing dan ratusan ayam yang dipotong untuk disajikan pada acara mulud adat dan para tamu yang datang. Kambing atau ayam ini dibawa oleh komunitas adat untuk membayar “sesangi”, atau nazar yang pernah diucapkan.(Ari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar