Senin, 19 Desember 2011

Desa Jenggala, Miliki Sumber Daya Alam Yang Melimpah

LOMBOK UTARA - Desa Jenggala dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa sumber daya alam yang melimpah. Memiliki tanah yang subur dan air yang melimpah sehingga memiliki lingkungan hijau nan sejuk. Namun dibalik kesuburan itu, Desa Jenggala  menyimpan ancaman bencana tanah longsor dan banjir berdasarkan geografi dan tekstur tanah ditambah ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Dan akhirnya yang paling merasakan ancaman itu adalah kaum perempuan dengan segala aktivitas mereka.

Perempuan, dalam status kebencanaan, termasuk dalam kelompok rentan di samping anak balita, jompo, dan difabel (Cacat fifik). Tetapi, bagi perempuan (Ibu-Ibu) di Desa Jenggala, status rentan yang tersandang itu diubah menjadi potensi dan kapasitas ekonomi. Potensi dan kapasitas itu terwujud dalam Kelompok Usaha Perempuan Meleko Bangkit Desa Jenggala yang berlansung sampai sekarang.

Kelompok Usaha Perempuan Meleko Bangkit atau sering disingkat KUP Meleko Bangkit ini berdiri pada tanggal 08 Januari 2010 di Dusun Dasan Tengah Desa Jenggala, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara. Kurangnya wadah organisasi khusus perempuan di Desa Jenggala mengetuk hati  Rudjito MW. Aktivis Sosial dan Ekonomi di Yayasan Koslata ini tergerak untuk mengajak para istri anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) Meleko Bangkit untuk membentuk kelompok usaha supaya mengelolah hasil pertanian suaminya.

Mula-mula Rujito MW mengumpulkan para istri petani KTH di rumah Raden Mardi, seorang pengurus KTH Meleko Bangkit. Para istri pun diberikan arahan dan ditanya soal kesiapan membentuk kelompok usaha untuk pengelolaan dan pemasaran hasil tani suaminya, para istri itu pun lansung mengiyakan; setuju. Hasil pertemuan itu menyepakati agar ibu-ibu yang ikut dalam kelompok harus menyerahkan satu kilogram (1 Kg) biji Kopi. Bagi yang telah mengumpulkan biji kopi itu maka terdaftarlah sebagai anggota KUP Meleko Bangkit. Metode perekrutmen yang diluar kelaziman. Dari itu maka terdaftar 28 perempuan anggota KUP Meleko Bangkit.

Setelah biji kopi terkumpul, ibu-ibu belum tahu apa yang harus dilakukan dengan biji kopi itu. Dayung bersambut, melalui niat tulus Rudjito MW mempromosikan KUP Meleko Bangkit di Pemerintahan Provinsi, maka diadakan pelatihan pembuatan Bubuk Kopi yang bercita rasa. Dari pelatihan itu maka ibu-ibu kemudian mengolah biji kopi yang telah mereka kumpulkan. Di samping itu juga KUP Meleko Bangkit dilatih untuk membuat kripik pisang mengingat bahan baku pisang sangat melimpah di Desa Jenggala. Pada bulan Mei 2010, usaha kripik pisang sudah mulai berjalan.

Dari pertemuan-pertemuan yang diadakan, Ibu Marnim sebagai ketua KUP Meleko bangkit, menyisihkan anggaran konsumsi pertemuan untuk uang kas KUP meleko bangkit. Dari kas yang terkumpul itu menjadi cikal-bakal simpan pinjam. Bulan ke bulan KUP semakin matang baik dari sisi administrasi keuangan dan keanggotaan maka mendapat kepercayaan untuk menambah modal dari Program Nasional Pemberdayan Masyarakat – Mandiri Pedesaan (PNPM – MP) Kecamatan Tanjung. Simpan pinjam pun mulai bergulir untuk anggota dan yang bukan anggota KUP Meleko Bangkit.

KUP Meleko Bangkit dalam perjalanannya tidak sedikit mendapat kendala. Kendala yang paling dirasakan adalah bagaimana memasarkan produk-produk yang dibuat. Bu Marnim selaku Ketua KUP Meleko bangkit merasakan itu terutama menyangkut strategi pemasaran. Kendala itu perlahan-perlahan mulai tak berarti setelah ada perhatian dari Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Utara (Pemda KLU) dalam hal ini Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi KLU melalui proses pembuatan Izin Usaha Kelompok dan bantuan baik modal maupun pendidikan dan pelatihan.

Harapan terbesar KUP Meleko Bangkit ke depannya Produk-produk yang dihasilkan sudah memiliki kemasan (Packing) dan merek yang terdaftar sehingga bisa dipasarkan di toko-toko di KLU. Tidak Cuma itu, Pemda KLU dan Pemerintah Provinsi juga terus melakukan pembinaan dan bantuan permodalan bagi KUP Meleko Bangkit.

Akhirnya, para ibu-ibu sudah bisa merasakan Sisa Hasil Usaha (SHU) setiap tahunnya dari keuntungan produk-produk yang dijual. Dan juga, bisa saling berbagi dan menolong ketika para anggota mengalami kesusahan melalui kegiatan simpan pinjamnya. sebuah kerentanan apabila disikapi dengan kemauan dan semangat yang kuat akan berubah menjadi potensi (Kelebihan) dan kapasitas (kemampuan) bagi kaum perempuan khususnya di Desa Jenggala. (Farauq)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar