Senin, 20 Juni 2011

Peran Jurnalis Dalam Upaya Mitigasi Bencana

Lombok Utara - Lombok Utara sebagai salah satu daerah yang rentan terhadap ancaman berbagai bencana alam sejak dini diperlukan upaya mitigasi sebagai lagkah memperkecil dampak resiko bencana. Paradigma kebencanaan yang berkembang di masyarakat sudah berubah sehingga diperlukan manajemen pendekatan dan kedaruratan yang perlu diterapakan dan dikembangkan dimasyarakat. Media centak dan elektronik memiliki peran penting dalam upaya mitigasi termasuk menginformasikan tentang kebencanaan, baik sebelum bencana saat terjadi bencana maupun pasca bencana.
“Disisi lain sebagian besar media cetak pun elektronik saat ini hanya fokus pada saat terjadi bencana saja,” ungkap Media Officer Yayasan Koslata NTB, Desrin Jania saat membuka diskusi media yang bertemakan Jurnalisme Bencana Sebagai upaya Mitigasi. Acara yang berlangsung di Tanjung Sabtu (18/6/11) selain dihadiri seluruh anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Lombok Utara, juga dihadiri Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Barat, H. Husnuddin, juga dihadiri Direktur Yayasan Koslata NTB, Ahmad Junaedi, SH serta Humas dan Protokol KLU.
“Indonesia adalah nomor urut ke dua tingkat kerawanan bencana di dunia, sedangkan di NTB, Kabupaten Lombok Utara terpetakan sebagai salah satu daerah yang memilki tingkat kerawanan bencana alam yang tinggi, sehingga Yayasan Koslata NTB memeberikan pendampingan, pendalaman, pemahaman dan penguatan kapasitas ditingkat masyarakat termasuk mengawal penyusunan Standar Oprasional Prosedur (SOP) pada dinas terkait termasuk memetakan 10 desa dan 10 sekolah yang rawan terkena bencana alam,”ungkap Desrin.
Hal senada dikatakan Direktur Yayasan Koslata NTB, Ahmad Junaedi, SH diskusi media merupakan agenda berkala untuk menyatukan presepesi tentang kebencaan termasuk bagaimana upaya pencegahan sebelum timbul bencana dengan melibatkan media atau jurnalis.
‘Mitigasi harus disosialisasikan hingga ketingkat masyarakat, karena bencana tidak pernah berkontrak dengan kita, kapan bencana datang dan pergi kita tidak pernah tahu, itu terjadi karena ulah dan campur tangan manusia, “katanya.
Sekitar tahun 2000-an, ungkap Junaedi lebih lanjut, luas hutan mencapai 1 juta Ha dan setengahnya (500 ha-red) kondisinya dalam keadaan kritis, meski hingga sekarang masih dilakukan upaya mitigasi tetapi program itu juga harus berpacu dengan penebangan yang sifatnya legal maupun ilegal sehingga titik temu sulit dipertemukan, akbibatnya berdampak pada kerusakan lingkungan yang berpengaruh kepada masyarakat, “tambahnya.
Sementara, Nasrudin, salah satu narasuber dari RRI Mataram menayatakan, sekarang ini pemberitaan atau informasi hanya dilakukan saat terjadinya bencana, sedangkan tantangan awal yang harus dilakukan yakni bagai mana upaya mitigasi dapat disosialisasikan sehingga dapat dipahami dan dilakukan oleh masyarakat,”ungkapnya.
Ketua BPBD Provinsi NTB, Haji Husnuddin dalam kesempatan tesebut menyatakan, bencana merupakan rangkaian peristiwa yang menyebabkan korban jiwa, lingkungan kehidupan dan penghidupan masyarakat.”Untuk mengurangi resiko atau dampak yang diakibatkan bencana mitigasi atau upaya pencegahan mutlak harus dilakukan, “katanya.
Menurutnya, dari 14 macam bencana di Indonesia, Nusa Tenggar Barat memiliki 10 macam bencana dan salah satunya berada di Lombok Utara, termasuk pengalaman sebelumnya tahun 1977 terjadi gempa bumi dan tahun 2009 terjadi banjir bandang,”tukasnya. (Ari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar