Lombok Utara (Primadona) - Setiap kali musim tanam, selalu terjadi kelangkaan pupuk di Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara. Dan kelangkaan pupuk inilah, yang meresahkan ratusan petani padi.
“Saat ini musim pemupukan padi untuk kedua kali. Namun pupuk ini, disamping langka, harganya juga melonjak tinggi, yakni dari Rp. 170.000 – 200.000, per kwintal, padahal pupuk yang dijual oleh para distributor adalah pupuk bersubsidi”, ungkap Mus, pada Primadona ketika ditemui (16/4) kemarin, disela-sela kesibukannya menggarap lahan pertaniannya di Desa Sambik Elen-Bayan.
Kelangkaan yang terjadi saat ini sudah meresahkan ratusan petani padi di Kecamatan Bayan, dan ini perlu mendapat perhatian khsusus dari Pemkab KLU, lebih-lebih sudah memasuki musim pemupukan kedua. “Memang kelangkaan pupuk ini tidak sampai terjadi gagal panen seperti di daerah lain, tetapi hasil padi akan menurun, sehingga tidak sesuai pengeluaran dengan hasil yang diperoleh para petani”, kata Mus.
Hal ini juga diakui oleh R. Madikusuma, stap di kantor desa Bayan. Menurutnya sebulan belakangan ini, pupuk sudah mulai langka di kalangan petani. Demikmian juga dengan harganya terus merangkak naik, padahal Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi setelah terjadinya kenaikan 30 persen pada bulan April ini berkisar Rp. 160.000,- per kwintal, namun ditingkat petani dinaikkan kembali menjadi Rp. 170.000,- per kwintal.
Lalu bagaimana jika pupuk ini tetap langka? Inilah yang perlu diatasi oleh pemerintah serta melakukan pengawasan harga pupuk di tingkat petani, jangan sampai dibiarkan para distributor di tingkat bawah mempermainkan harga. “Jika tetap langka dan membiarkan mereka mempermainkan harga, kan kasian petaninya”, jelas Madikusuma.
Sementara beberapa petani yang enggan dipubklikasikan namanya mengungkapkan, ancaman dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura NTB, yang akan mencabut izin para pengecer yang menjual pupuk bersubsidi di atas HET, kurang dipedulikan oleh para pengecer, sehingga ditingkat petani terjadi kenaikan harga secara sepihak. Jadi para petani minta ketegasan dari dinas terkait, dan tidak cukup hanya ancaman, tapi perlu juga pengawasan harga di tingkat petani”, tegasnya.
Bahkan beberapa petani yang dihubungi Primadona di lapangan mengakui hal senada dan mengharapkan, pemerintah jangan hanya menyuruh petani menanam padi atau tanaman lainnya, tapi juga perlu menyediakan pupuk bersubsidi dengan harga yang sesuai dengan HET. (M.Syairi)
Kelangkaan yang terjadi saat ini sudah meresahkan ratusan petani padi di Kecamatan Bayan, dan ini perlu mendapat perhatian khsusus dari Pemkab KLU, lebih-lebih sudah memasuki musim pemupukan kedua. “Memang kelangkaan pupuk ini tidak sampai terjadi gagal panen seperti di daerah lain, tetapi hasil padi akan menurun, sehingga tidak sesuai pengeluaran dengan hasil yang diperoleh para petani”, kata Mus.
Hal ini juga diakui oleh R. Madikusuma, stap di kantor desa Bayan. Menurutnya sebulan belakangan ini, pupuk sudah mulai langka di kalangan petani. Demikmian juga dengan harganya terus merangkak naik, padahal Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi setelah terjadinya kenaikan 30 persen pada bulan April ini berkisar Rp. 160.000,- per kwintal, namun ditingkat petani dinaikkan kembali menjadi Rp. 170.000,- per kwintal.
Lalu bagaimana jika pupuk ini tetap langka? Inilah yang perlu diatasi oleh pemerintah serta melakukan pengawasan harga pupuk di tingkat petani, jangan sampai dibiarkan para distributor di tingkat bawah mempermainkan harga. “Jika tetap langka dan membiarkan mereka mempermainkan harga, kan kasian petaninya”, jelas Madikusuma.
Sementara beberapa petani yang enggan dipubklikasikan namanya mengungkapkan, ancaman dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura NTB, yang akan mencabut izin para pengecer yang menjual pupuk bersubsidi di atas HET, kurang dipedulikan oleh para pengecer, sehingga ditingkat petani terjadi kenaikan harga secara sepihak. Jadi para petani minta ketegasan dari dinas terkait, dan tidak cukup hanya ancaman, tapi perlu juga pengawasan harga di tingkat petani”, tegasnya.
Bahkan beberapa petani yang dihubungi Primadona di lapangan mengakui hal senada dan mengharapkan, pemerintah jangan hanya menyuruh petani menanam padi atau tanaman lainnya, tapi juga perlu menyediakan pupuk bersubsidi dengan harga yang sesuai dengan HET. (M.Syairi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar