Sabtu, 14 November 2009

Jadilah Kaya Yang Sebenarnya

Kaya Bertebaran di Sinetron
Melihat orang kaya harta dan punya mobil mewah, apakah yang ada di benak kita? Enak ia jadi orang kaya, punya mobil bagus, uang banyak, rumah bagus, belanja di mall, perabotan serba lux, mau beli apa saja bisa. Kata seorang kawan penulis.

Memang semangat memburu materi dunia semakin hari tambah terasa aromanya. Sukses dan bahagianya hidup dinilai dari banyak tidaknya harta benda seseorang. Si kaya itulah yang bahagia dan si miskinlah yang sengsara.

Ini semua mungkin tak terucap, namun sikap dan realita yang berbicara lugas apa adanya. Tak hanya kalangan awam, bahkan sebagian orang yang telah mengecap ilmu agamapun terimbas penyakit berbahaya ini.

Belitan dunia memang begitu mematikan, walau rasanya indah tuk sementara. Setiap pemuda Islam sudah semestinya waspada dengan jerat-jerat dan belitan dunia yang fana.

Namun jangan salah, tentu ini semua tak berarti seorang muslim wajib menjadi orang miskin, atau haram menjadi orang kaya. Bukan demikian maksudnya. Islampun menyebutkan banyak kelebihan yang diperoleh orang kaya dalam meraup pahala. Rasa cinta terhadap harta dan dunia, lebih terkait pada hati. Sangat boleh jadi seorang muslim kaya raya, dan ia dicinta oleh Robbnya.

Pemandangan orang Indonesia kaya banyak bertebaran di sinetron televisi. Kaya model sinetron ini sedikit banyak tidak masuk akal dan menyesatkan. Contohnya, digambarkan seorang ibu memasak di dapur dengan riasan lengkap, perhiasan dan baju mewah. Apa benar orang kaya kalau memasak juga berdandan seperti itu?

Terlebih lagi, dalam kebanyakan sinetron Indonesia tidak digambarkan bagaimana kerja keras dibalik kekayaan tokoh-tokohnya. Tahu-tahu mereka sudah kaya dan hidup enak. Yang digambarkan adalah bagaimana mereka membuang-buang kekayaan mereka: berfoya-foya, membiayai perselingkuhan, clubbing dan yang semacamnya.

Yang seperti ini meninabobokkan masyarakat dan menyesatkan mereka. Orang bisa berfikir, beginilah orang Indonesia, mereka kaya-kaya, padahal kebanyakan penonton masih miskin harta. Mereka juga bisa berfikir, tanpa kerja keras seseorang bisa kaya raya, atau di ibu kota pasti orang bisa kaya harta. Parahnya lagi, mereka juga akan berpikir, beginilah seharusnya memamfaatkan harta jika kaya: berfoya-foya, berselingkuh, ke kelab malam, dan yang sejenisnya.

Ingin kaya? Tidak ada larangan untuk itu, walaupun juga tidak ada anjuran untuk keinginan seperti itu. Namun hendaknya kita memperbaiki keinginan itu menjadi ingin kaya karena ingin bisa bersedekah. Hal sebagaimana dalam hadits Nabi tentang iri yang diperbolehkan, yaitu iri terhadap seorang mukmin yang kaya yang bisa berderma karena kekayaannya, dan iri tersebut muncul karena keinginan untuk berderma juga bukan karena yang lain.

Ingin kaya tanpa kerja keras? Sebaiknya jangan. Tanamkanlah pada diri kita bahwa untuk mencapai sukses di bidang apapun seseorang perlu bekerja keras. Untuk sukses di akhirat, seseorang perlu beramal dengan baik dan sungguh-sungguh. Tentu yang seperti merupakan keharusan. Untuk sukses di dunia juga demikian, perlu kerja keras.

Kaya seperti di sinetron jangan menjadi mimpi, tapi bekerjalah dengan tekun agar menjadi orang kaya yang sebenarnya. Setelah kaya jangan pelit, karena sebagian harta itu ada bagian bagi orang-orang miskin di sekitar kita. Semoga bermamfaat. (Elfata/Ari)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar