LOMBOK UTARA - "Panci Robek atau disebut barang rongsokan" tampaknya sudah tidak asing lagi bagi warga yang tinggal di Kecamatan Bayan, khususnya di Dusun Kopang Desa Karang Bajo, Kabupaten Lombok Utara. Untuk menafkahi keluarga kerja apa saja yang penting halal", kata A. Bur mengawali kisahnya.
A. Bur warga Dusun Kopang ini, ternyata bukan sendirian keliling mencari barang bekas. Ada A. Andi, A. Johar, A. Is dan A. Nur yang juga setiap hari keliling mencari panci robek-bahasa sasak.
Para pekerja ini cukup hanya dengan modal sabun krim, kembung balon dan permen yang merupakan ciri khas dan untuk menukar barang rongsokan.
Setiap hari A. Bur bersama rekan-rekannya pergi keliling dari rumah yang satu ke rumah yang lainnya dan dari kampung ke kampung lainnya untuk mencari panci robek guna menyambung kehidupan keluarga.
"Saya pergi pagi pulang sore keliling seputar kecamatan Bayan yang hasilnya setiap hari hanya pas-pasan untuk kebutuhan hidup", tutur A. Bur.
A. Bur yang memiliki 3 orang anak, sudah menggeluti pekerjaan ini sejak enam tahun lalu dan hingga sekarang masih tetap eksis. Hasilnya, setiap minggu ditimbang oleh pengepul.
Sementara harga panci robek tergantung jenis barangnya, seperti plastik, kaleng bekas, besi, alumunium, tembaga, besi kuningan dan accu bekas, harganya berbeda-beda (bervariasi). Dan penghasilan perminggunya bisa mencapai Rp. 300.000,-.
Berbagai pengalaman sudah dijalani oleh A. Bur bertahun-tahun dalam bidang pekerjaan ini. Pahit manisnya sudah banyak dirasakan, namun ia tetap berikhtiar dan istiqomah dalam pekerjaannya.
Dari pekerjaan keliling ini ia memiliki banyak teman dan sahabat. "Entah sampai kapan pekerjaan ini saya tekuni, saya sendiri belum tahu", ungkapnya mengakhiri ceritanya. (Nikradi)
A. Bur warga Dusun Kopang ini, ternyata bukan sendirian keliling mencari barang bekas. Ada A. Andi, A. Johar, A. Is dan A. Nur yang juga setiap hari keliling mencari panci robek-bahasa sasak.
Para pekerja ini cukup hanya dengan modal sabun krim, kembung balon dan permen yang merupakan ciri khas dan untuk menukar barang rongsokan.
Setiap hari A. Bur bersama rekan-rekannya pergi keliling dari rumah yang satu ke rumah yang lainnya dan dari kampung ke kampung lainnya untuk mencari panci robek guna menyambung kehidupan keluarga.
"Saya pergi pagi pulang sore keliling seputar kecamatan Bayan yang hasilnya setiap hari hanya pas-pasan untuk kebutuhan hidup", tutur A. Bur.
A. Bur yang memiliki 3 orang anak, sudah menggeluti pekerjaan ini sejak enam tahun lalu dan hingga sekarang masih tetap eksis. Hasilnya, setiap minggu ditimbang oleh pengepul.
Sementara harga panci robek tergantung jenis barangnya, seperti plastik, kaleng bekas, besi, alumunium, tembaga, besi kuningan dan accu bekas, harganya berbeda-beda (bervariasi). Dan penghasilan perminggunya bisa mencapai Rp. 300.000,-.
Berbagai pengalaman sudah dijalani oleh A. Bur bertahun-tahun dalam bidang pekerjaan ini. Pahit manisnya sudah banyak dirasakan, namun ia tetap berikhtiar dan istiqomah dalam pekerjaannya.
Dari pekerjaan keliling ini ia memiliki banyak teman dan sahabat. "Entah sampai kapan pekerjaan ini saya tekuni, saya sendiri belum tahu", ungkapnya mengakhiri ceritanya. (Nikradi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar