Senin, 20 Juni 2011

Masjid Kuno Barung Birak Direnovasi

Lombok Utara - Budaya gotong royong tampak melekat di masyarakat adat yang tinggal di Dusun Barung Birak, Desa Sambik Elen Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara. Hal ini ditunjukkan, ketika warga melakukan renovasi masjid kuno setempat yang sudah berlangsung selama satu minggu.
“Sejak melakukan renovasi masjid yang berusia ratusan tahun ini, masyarakat adat bergotong yong setiap hari secara bergantian. Dan mereka sedikitpun tidak pernah diberikan upah. Dan inilah salah satu cara menunjukkan kebersamaan dalam merenovasi sebuah tempat ibadah, ditengah memudarnya budaya gotong royong belakangan ini”, kata Amaq Sri Wahyuni, Kepala Dusun Barung Birak, ketika ditemui (19/6/11) dilokasi masjid kuno.
Kendati sudah mengalami tiga kali perbaikan, namun keaslian masjid kuno sebagai salah satu bukti masuknya agama Islam di Lombok Utara khususnya, dan Lombok pada umumnya sedikipun tidak berubah. Mulai dari atap yang menggunakan santek bambu dengan empat tiang penyangga dari kayu suren yang diambilkan dari kayu hutan adat.
Menurut A. Sri Wahyuni yang juga salah seorang tokoh adat Barung Birak, bahwa masjid ini merupakan salah satu masjid tertua di pulau Lombok yang masih ditempati oleh masyarakat adat terutama dalam pelaksanaan acara-acara ritual, seperti maulid Nabi, lebaran, dan prosesi-prosesi adat lainya. Hanya saja tidak pernah dipublikasikan media seperti di masjid kuno Bayan Beleq.
Demikian juga dengan perhatian pemerintah, baik ketika masih bergabung dengan Kabupaten Lombok Barat maupun setelah berdirinya kabupaten Lombok Utara, tidak pernah mendapat perhatian ataupun kunjungan dari para pejabat kabupaten, kecuali para turis asing yang hanya berkunjung sambil lewat.
“Memang perhatian pemerintah terhadap situs budaya masjid kuno Barung Birak ini, masih kurang, padahal statusnya sama dengan beberapa masjid kuno yang ada di Lombok Utara. Bahkan menurut penuturan beberapa orang tua kami, bahwa masjid yang pertama kali berdiri di Kecamatan Bayan adalah masjid kuno Barung Birak, kemudian dipindahkan ke Anyar dan Semokan, baru dipindahkan ke Bayan. Sayang, oleh dinas terkait yaitu dinas Pariwisata tidak pernah mempromosikan situs budaya ini”, kata A. Sri dengan nada kesal.
Beberapa tokoh adat setempat menyebutkan, bahwa bila dilakukan renovasi, bambu yang menjadi usuk masjid kuno Barung Birak harus diambilkan dari Batua Sajang, karena ada hubungannya antar masyarakat adat Bayan dengan masyarakat adat yang ada di Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur. Demikian juga dengan rotan sebagi tali pengikat dan ujuknya juga harus diambil dari hutan adat yang ada di Sajang. “Jadi kalau ada perbaikan masjid kuno ini, yang bergotong royong juga adalah masyarakat adat yang tinggal di Sajang”, jelasnya.
Masjid yang berukuran 8 X 8 meter persegi ini, dikelilingi oleh beberapa kuncup makam, termasuk makam Reak yang diyakini oleh warga setempat adalah makamnya para penyebar agama Islam ratusan tahun silam.
Selain menggunakan bambu dan kayu suren serta lengkukun, juga didalam masjid terdapat sebuat mimbar tempat sang khotib membaca khutbah yang terbuat dari kayu kates. Demikian juga dengan lantai masjid, sedikitpun tidak boleh tersentuh dengan bahan bangunan semen. “lantainya masih tetap sesuai dengan aslinya yaitu dari tanah liat, sehingga ketika melakukan acara ritual para tokoh adat harus membawa tikar sebagai alas tempat duduknya”, imbuh A. Sri.
Berapa biaya renavasi masjid kuno ini? Menjawab pertanyaan tersebut, A. Sri wahyuni mengaku, kalau biaya yang dihabiskan sekitar Rp. 50 juta dan murni swadaya masyarakat adat. “Kami memang pernah mendatangi bupati Lombok Utara untuk meminta bantuan dengan mengajukan proposal, dan beliau berjanji akan memberikan. Namun hingga saat ini, belum juga ada kabarnya. Dan kami maklum barangkali karena Lombok Utara daerah otonomi baru sehingga masih kekurangan dana”, katanya.
Lebih jauh A. Sri menjelaskan, bahwa renovasi masjid ini harus bisa selesai sebelum bulan Isra’ Mi’raj habis. Dan masyarakat adat mulai bergotong royong hari senin yang lalu. Sementara hari senin 20/6, semua atapnya harus sudah naik. Sementara hari senin mendatang baru dilakukan selamatan sebagai pertanda masjid kuno selesai direnovasi.
Karenanya Kepala dusun Barung Birak bersama masyarakat adat setempat mengharapkan kepada instansi terkait untuk memberlakukan hal yang sama terhadap semua situs sejarah yang dimiliki Lombok Utara, termasuk masjid kuno Barung Birak. “Saya rasa pemerintah harus adil dalam melihat semua situs sejarah yang ada, baik dari sisi pemeliharaan, bantuan maupun dari sisi promosi wisata budaya, karena Barung Birak itu sendiri juga memiliki rumah-rumah adat”, pungkas A, Sriwahyuni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar