Lombok Utara - Kehidupan Nursah (45) tahun yang menampung tiga orang anak yatim piatu, yang terkena dampak pembangunan Pelabuhan Carik Desa Anyar Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara, cukup memprihatinkan. Lebih-lebih bila ditilik dari sisi ekonomi. Karenanya ia berharap agar biaya sekolah ke tiga keponakannya yang kini sudah menjadi yatim piatu itu digaratiskan.
“Hidup kami memang cukup menderita, yang hanya makan seadanya bersama tiga orang anak yatim piatu, yaitu Usman, M. Guntur dan Hartini, yang ketiganya masih duduk dibangku sekolah yang membutuhkan belanja setiap hari”, kata Nursah sedih.
Ibu ketiga anak ini, kata Nursah, meninggal karena tekanan batin, akibat lamanya direlokasi dari tempat pembangunan pelabuhan ke tempat yang baru. “Kalau dulu pemerintah berjanji, jika mau menerima ganti rugi, akan dilakukan relokasi paling lambat tiga bulan. Namun sayang, sampai tiga tahun warga belum juga dipindah. Padahal waktu itu semua warga sudah membeli bahan bangunan seperti pasir, batu dan bata. Karena lamanya direlokasi, semua bahan bangunan yang sudah dibeli rusak dan tergerus air hujan”, jelasnya.
Nursah mengaku, kalau saudaranya Nur itu, meninggal sepulangnya melihat tempatnya membangun rumah di relokasi yang baru. Tapi barangkali ia sock melihat bahan-bahan bangunan yang sudah disediakan tiga tahun lalu rusak, sehingga begitu sampai di rumah langsung menghembuskan napas terakhir dan meninggalkan ke tiga arang anaknya.
Namun sebelum meninggal, almarhumah berpesan kepada Nursah, agar ketiga anaknya dipelihara dengan baik, jangan disia-siakan dan disekolahkan. “Pesan inilah yang saya pegang sampai sekarang, sehingga walaupun tertatih-tatih mencari penghidupan, saya akan tetap menjalankan pesan itu, sehingga saya berharap kepada pemerintah untuk bisa menggratiskan biaya sekolah ketiga anak yatim piatu terutama yang masih duduk dibangku SMAN Bayan”, harapnya.
Sementara Kepala SMAN 1 Bayan, Bambang Siswanto, S.Pd, ketika ditemui (17/6/11), mengatakan, bahwa kedua anak yatim piatu yaitu M. Guntur dan Hartini yang kini masih duduk dibangku kelas I SMAN Bayan, biayanya akan ditanggung sekolah. “Yang penting mereka tetap sekolah, kami akan gratiskan semua biaya di sekolah”, tegasnya. (Ari)
“Hidup kami memang cukup menderita, yang hanya makan seadanya bersama tiga orang anak yatim piatu, yaitu Usman, M. Guntur dan Hartini, yang ketiganya masih duduk dibangku sekolah yang membutuhkan belanja setiap hari”, kata Nursah sedih.
Ibu ketiga anak ini, kata Nursah, meninggal karena tekanan batin, akibat lamanya direlokasi dari tempat pembangunan pelabuhan ke tempat yang baru. “Kalau dulu pemerintah berjanji, jika mau menerima ganti rugi, akan dilakukan relokasi paling lambat tiga bulan. Namun sayang, sampai tiga tahun warga belum juga dipindah. Padahal waktu itu semua warga sudah membeli bahan bangunan seperti pasir, batu dan bata. Karena lamanya direlokasi, semua bahan bangunan yang sudah dibeli rusak dan tergerus air hujan”, jelasnya.
Nursah mengaku, kalau saudaranya Nur itu, meninggal sepulangnya melihat tempatnya membangun rumah di relokasi yang baru. Tapi barangkali ia sock melihat bahan-bahan bangunan yang sudah disediakan tiga tahun lalu rusak, sehingga begitu sampai di rumah langsung menghembuskan napas terakhir dan meninggalkan ke tiga arang anaknya.
Namun sebelum meninggal, almarhumah berpesan kepada Nursah, agar ketiga anaknya dipelihara dengan baik, jangan disia-siakan dan disekolahkan. “Pesan inilah yang saya pegang sampai sekarang, sehingga walaupun tertatih-tatih mencari penghidupan, saya akan tetap menjalankan pesan itu, sehingga saya berharap kepada pemerintah untuk bisa menggratiskan biaya sekolah ketiga anak yatim piatu terutama yang masih duduk dibangku SMAN Bayan”, harapnya.
Sementara Kepala SMAN 1 Bayan, Bambang Siswanto, S.Pd, ketika ditemui (17/6/11), mengatakan, bahwa kedua anak yatim piatu yaitu M. Guntur dan Hartini yang kini masih duduk dibangku kelas I SMAN Bayan, biayanya akan ditanggung sekolah. “Yang penting mereka tetap sekolah, kami akan gratiskan semua biaya di sekolah”, tegasnya. (Ari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar