Lombok Utara (Primadona) Kendati pembangunan kolam renang yang berdekatan dengan rumah adat tradisional Dusun Bayan Timur Desa Bayan Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara ini tidak mendapat dukungan dari beberapa tokoh adat setempat, namun pembangunan kolam ini masih tetap belangsung hingga sekarang.
Bahkan beberapa tokoh adat Bayan, pernah melakukan hearing ke pejabat Bupati Lombok Utara beberapa waktu lalu, untuk menyampaikan penolakannya akan pembangunan kolam renang ini. Namun setelah diturunkan Kabag Ekonomi KLU, guna melakukan survey lokasi, pembangunan inipun dilanjutkan. “Kabag Ekonomi KLU pernah langsung turun ke lokasi pembangunan kolam, dan dia meminta agar mengurus peijinannya”, tutur R. Riasih, Sekertaris Desa Bayan, pada Primadona Sabtu 8/5.
R. Riasih, mengakui bahwa pembangunan kolam ini memang hingga sekarang masih menuai pro dan kontra. Dan masing-masing mereka, memiliki argumentasi yang kuat, sehingga pemerintah desa hanya sebagai penengah dalam masalah ini. “Kami hanya sebagai penengah dalam persoalan ini, karena ini sudah disampaikan ke bupati oleh kedua belah pihak (pro-kontra-red), jadi kita tunggu penyelesaiannya”, kata R. Riasih.
Sementara salah seorang tokoh muda Desa Bayan, yang enggan dipublikasikan namanya mengungkapkan, bahwa dari sisi pengembangan ekonomi memang pembangunan ini membawa dampak positif, yaitu dapat mengurangi pengangguran dan meningkatkan perekonomian masyarakat. Tapi dari sisi lain, karena kolam renang ini berdekatan dengan rumah adat dan perkampunagn penduduk, tentu ada sisi negatifnya, lebih-lebih jika kolam renang ini dijadikan sebagai obyek wisata, sudah barang tentu akan mendatangkan para pengunjung dari luar daerah bahkan wisatawan mancanegara.
“Jadi para tokoh adat kita disini (Bayan-red) khawatir bahwa pembangunan kolam renang yang pada tujuan akhirnya dijadikan obyek wisata, dapat merusak budaya dan adat serta menggangu kehidupan penduduk yang berdekatan dengan lokasi kolam”,jelasnya.
Kekhwatiran yang sama juga dijelaskan oleh beberapa tokoh adat dari luar Desa Bayan. “Memang satahun atau dua tahun tentu tidak akan terlihat dampak yang ditimbulkan oleh keberadaan kolam renang ini, namun lambat laun, itu pasti akan terjadi degradasi budaya yang ada. Padahal Bayan sendiri dikenal sebagai pusat budaya yang tertua di kabupaten tiok-tata-tunaq ini, kata beberapa tokoh adat yang dihubungi Primadona.
Bagi masyarakat yang setuju akan pembangunan kolam ini memberi alasan, bahwa disamping membuka lapangan kerja bagi generasi muda, juga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya bagi pedagang kaki lima dengan motif bangunan kolamnya asli Bayan, yang akan dilengkapi dengan ruang ganti pakaian dan berugak.
Hasil pantauan Primadona dilokasi, bahwa pembangunan kolam renang ini sudah hampir rampung 50 persen, dan jaraknya dari rumah adat di Bayan sekitar 200 meter. (001)
R. Riasih, mengakui bahwa pembangunan kolam ini memang hingga sekarang masih menuai pro dan kontra. Dan masing-masing mereka, memiliki argumentasi yang kuat, sehingga pemerintah desa hanya sebagai penengah dalam masalah ini. “Kami hanya sebagai penengah dalam persoalan ini, karena ini sudah disampaikan ke bupati oleh kedua belah pihak (pro-kontra-red), jadi kita tunggu penyelesaiannya”, kata R. Riasih.
Sementara salah seorang tokoh muda Desa Bayan, yang enggan dipublikasikan namanya mengungkapkan, bahwa dari sisi pengembangan ekonomi memang pembangunan ini membawa dampak positif, yaitu dapat mengurangi pengangguran dan meningkatkan perekonomian masyarakat. Tapi dari sisi lain, karena kolam renang ini berdekatan dengan rumah adat dan perkampunagn penduduk, tentu ada sisi negatifnya, lebih-lebih jika kolam renang ini dijadikan sebagai obyek wisata, sudah barang tentu akan mendatangkan para pengunjung dari luar daerah bahkan wisatawan mancanegara.
“Jadi para tokoh adat kita disini (Bayan-red) khawatir bahwa pembangunan kolam renang yang pada tujuan akhirnya dijadikan obyek wisata, dapat merusak budaya dan adat serta menggangu kehidupan penduduk yang berdekatan dengan lokasi kolam”,jelasnya.
Kekhwatiran yang sama juga dijelaskan oleh beberapa tokoh adat dari luar Desa Bayan. “Memang satahun atau dua tahun tentu tidak akan terlihat dampak yang ditimbulkan oleh keberadaan kolam renang ini, namun lambat laun, itu pasti akan terjadi degradasi budaya yang ada. Padahal Bayan sendiri dikenal sebagai pusat budaya yang tertua di kabupaten tiok-tata-tunaq ini, kata beberapa tokoh adat yang dihubungi Primadona.
Bagi masyarakat yang setuju akan pembangunan kolam ini memberi alasan, bahwa disamping membuka lapangan kerja bagi generasi muda, juga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya bagi pedagang kaki lima dengan motif bangunan kolamnya asli Bayan, yang akan dilengkapi dengan ruang ganti pakaian dan berugak.
Hasil pantauan Primadona dilokasi, bahwa pembangunan kolam renang ini sudah hampir rampung 50 persen, dan jaraknya dari rumah adat di Bayan sekitar 200 meter. (001)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar