Selasa, 17 November 2009

Pendidikan Agama Membuka Wawasan Generasi Muda

Sukadana, KLU - Masyarakat Segenter Desa Sukadana, Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara, dikenal sebagai salah satu komunitas dan rumah adat tradisionalnya yang kini sedikit-demi sedikit sudah mulai mengalami perubahan baik dalam unsur budaya fisik ataupun non fisik.

"Perubahan ini mulai terjadi semenjak Madrasah Ibtidaiyah (MI) Miftahul Ulum De Koning School Segenter didirikan pada tahun 1990 dan melaksanakan proses belajar-mengajar sejak tahun 1994. Berdirinya MI Miftahul Ulum memberikan pengaruh yang positif bila dikaji dari segi konsep hidup dan agama”, Ungkap A. Ramaja.

Namun dari sisi budaya, kehadiran MI Miftahul Ulum Deconing School yang dibangun atas inisiatif dan bantuan dari Negara Belanda ini sedikit-demi sedikit membuat budaya asli masyarakat adat Segenter berubah kearah yang lebih maju dan modern, yaitu rumah tradisional yang sekarang sudah banyak merubah dengan bentuk arsitektur modern. Begitu pula dalam hal konsep kehidupan beragama.

"Masyarakat Segenter yang umumnya menganut adat wetu telu, sekarang sudah mulai banyak berubah terutama generasi mudanya", tutur Hambali (23) guru sekaligus tokoh pemuda Segenter ketika temui di MI De Coning Sechool kemarin sore (senin/16/11).

Menurut Ustaz Suhardi, A. Ma, Sejak berdirinya sekolah ini terjadi perubahan yang lumayan pada masyarakat Dusun Segenter. Contoh kecilnya sekarang masyarakat Segenter sudah mulai membuka wawasan meskipun itu hanya sebagian becil saja. Selain itu paham Wetu Telu yang umumnya dijalankan masayakat sekitar, kini sudah mulai mengendor.

"Sebab dengan adanya pendidikan agama, generasi muda sadar dan mengajak orang disekelilinnya untuk melaksanakan ajaran Islam yang sesungguhnya dan anak-anak kecil sudah banyak yang bisa membac Al-Quran".jelasnya Suhardi.

Dalam bidang pendidikan, Ust. Suhardi mengaku mengalami banyak kesulitan untuk meningkatkan pendidikan bagi masyarakat Segenter. Karena sekolah yang dikelola baru sebatas MI out put De Coning School. "Jadi anak-anak yang sudah tamat di MI ini sebagian besar tidak melanjtkan studynya ke jenjang yang lebih tinggi", katanya sedih.

Hal ini disebabkan, Lanjut Suhardi, disamping kurangnya dukungan dari orang tua, juga belum adanya lembaga pendidikan setingkat SLTP (SMP/MTs) yang dekat dengan tempat mereka melanjutkan. "Jadi setelah tamat, sebagian mereka berhenti sekolah. Karena jarak SLTP dari dusun Segenter puluhan kilo",tambah Suhardi.

"Keberadaan Sekolah ini perlu diberdayakan sebab jika tidak ada sekolah ini apa jadinya anak-anak kami, karena SD hanya ada di Sukadana yang jaraknya sekitar 10 km dari sini. Selain itu , kami sangat mengharapkan kepada pemerintah untuk membangun lembaga pendidikan setingkat SLP, agar anak-anak kami bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi" Harap A. Remaja. Asri spd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar