Sabtu, 18 Juni 2011

Sentra Anyaman Bambu Bentek, Lokus Ekonomi Lokal

Lombok Utara - Pengembangan kerajinan rakyat di Kecamatan Gangga masih dilakukan dengan sistem swakelola. Padahal lokus ekonomi ini memiliki posisi strategis untuk menyumbangkan pemasukan kepada daerah. Namun begitu, pemerintah daerah Lombok Utara belum menunjukkan sikap keberpihakan kepada para pengrajin, baik dalam bentuk dukungan dana maupun sistem distribusi atas produk-produk kerajinan rakyat. Di lain sisi, kerajinan lokal merupakan industri jasa yang memiliki nilai strategis untuk mengembangkan lokus-lokus perekonomian rakyat.

Karena itulah, diperlukan mekanisme pengaturan yang jelas dari para pemangku kebijakan daerah. Ini karena kerajinan lokal mencakup pengaturan pergerakan distribusi terhadap produk-produk para pengrajin. Hal ini meniscayakan keterlibatan pelbagai komponen daerah seperti biro perjalanan, akomodasi, artshop, transportasi dan sebagainya. Tetapi kepedulian pemerintah daerah KLU untuk mengentaskan kemiskinan rakyat belum tampak real di tengah masyarakat. Padahal, salah satu program unggulan pemerintah daerah adalah membantu mengurangi kesengsaraan masyarakat dari getirnya himpitan ekonomi yang melilit mereka. Ini penting menjadi bidikan pemerintah daerah guna mewujudkan kesejahteraan rakyat, di samping sebagai salah satu indikator terciptanya percepatan pembangunan daerah.

Belum berpihaknya pemerintah terhadap pengembangan sentra kerajinan lokal adalah persoalan yang dirasakan para pengrajin anyaman bambu Desa Bentek Kecamatan Gangga. Persoalan utama yang dirasakan para penganyam bambu menurut Kartoriadi, salah satu Pengrajin Anyaman Bambu Desa Bentek adalah belum adanya komitmen serius Pemda untuk mengembangkan lokus-lokus kerajinan lokal. Ia menyayangkan sikap pemerintah daerah.

Pasalnya, hingga saat ini pemerintah daerah belum menunjukkan tanda-tanda keberpihakan atas banyaknya persoalan yang dialami pengrajin bambu setempat. Ia mengandaikan, jika pemerintah daerah berperan serta dengan memberi dukungan penuh, maka pelbagai persoalan pengrajin akan bisa terminimalisir sedikit demi sedikit. Kreatifitas mereka sudah tersohor di banyak tempat, bahkan pernah menjuarai lomba desain tingkat kabupaten Lobar dan meraih juara tiga. “ini potensi ekonomi yang perlu mendapat perhatian serius pemerintah,” tandasnya.

Dari Jenggala, Kecamatan Tanjung dilaporkan bahwa para pengrajin anyaman bambu di wilayah itu juga mengalami hambatan yang sama. Muti, salah satu pengrajin, mengungkapkan meskipun di Desa Jenggala telah terbentuk kelompok pengrajin anyaman, namun produk yang berhasil dibuat tidak optimal sesuai target. Kendala yang mereka alami sama dengan pengrajin bakul Desa Bentek. “Walau kami sudah punya kelompok pengrajin Bambu Alam yang terbentuk 5 tahun lalu, namun kami belum bisa menghasilkan produk secara optimal, karena belum adanya dukungan penuh pemerintah,” paparnya.

Pengrajin kedua wilayah berharap kepada pemerintah daerah agar melirik potensi-potensi kerajinan rakyat. Menurut Arianto, seorang pengrajin anyaman bambu Kelompok Bambu Alam, mengatakan, bahwa pemerintah daerah harus berkomitmen untuk mengembangkan lokus-lokus kerajinan rakyat terutama kerajinan anyaman bambu. “Pemerintah seyogyanya memberi dukungan penuh kepada pengrajin anyaman bambu, tapi nyatanya sampai sekarang belum nampak komitmen pemerintah kepada pengrajin,” tandasnya. (DJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar