Kamis, 05 Desember 2013

Honor Perawat 250 ribu per bulan ? PPNI Hearing ke Dewan

LOMBOK-TENGAH - Untuk pertama kalinya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten Lombok Tengah, melakukan hearing dengar pendapat ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat pada selasa (03/12) lalu. Pada hearing tersebut terungkap kalau honor para perawat yang waktu kerjanya 24 jam nonstop itu ternyata hanya 250 ribu rupiah per bulan. Dan itupun diberikan oleh daerah melalui Tunjangan Kerja Daerah (TKD), untuk itulah pihak perawat melakukan hearing meminta agar kesejahteraan mereka diperhatikan.

Ketua PPNI Lombok Tengah, HL. Najmul Erpan,MpH mengatakan, kedatangan mereka bentukanya hanya keterwakilan saja karena tidak ingin program Tiada sehari tanpa perawat bisa terus berjalan. Saat ini perawat Pegawai Negeri Sipil (PNS) sekitar 500 orang lebih dan yang non PNS 250 orang yang tersebar di Puskesmas, Rumah sakit dan di pustu-pustu yang tersebar diwilayah kabupaten Lombok tengah. “Kami datang kesini hanya perwakilan saja, dan ingin menyampaikan keluhan seluruh perawat di Lombok tengah yang sekitar tujuh puluh persen semuanya bekerja di pelosok-pelosok.Kita tahu perawat merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan yang ada dibawah, yang waktu kerjanya dari pagi sampai pagi lagi. Yan harus siap waktu tidurnya, saat tengah malam bila ada warga yang membangunkan maka harus siap bangun, dan kalau itu diklaim upahnya hanya empat ratus rupiah. Saya rasa bapak ibu disini tidak akan mau misalnya sedang asyik melaksankan nafkah lahir batin dibangunin tengah malam diupah segitu,”katanya.

TKD perawat dengan dokter specialis jumlahnya sangat tidak sebanding dengan yang diterima perawat, yakni sebesar Rp.600.000 per bulanya. Belum lagi pemasukan yang lainya, untuk itu perawat tidak ingin disamakan dengan pegawai-pegawai kantoran yang jam kerjanya hanya setengah hari lalu bisa pulang tidur nyenyak dirumahnya.”Kami butuh dimanusiakan, jangan disamakan dengan pegawai yang hanya ngantar surat. Kami ini pegawai profesi yang sudah membayar mahal untuk pendidikanya,”Ujarnya.

Perawat lainya, Lale Dwi Rinjani menyatakan, dengan adanya kebikjakan bisa rawat inap di puskesmas hal itu memungkinkan untuk menerima pasien rawat inap, hal itu menambah beban kerja bagi perawat yang sedari awal sudah berat. Untuk itu pihaknya merekrutment tenaga perawat sukarela.”Kami setiap hari diharuskan memberikan pelayanan dengan senyuman dibawah cemoohan para pasien yang walaupun dia menggunkan jamkesmas tetapi kalau kita melihat profilenya itu sangat berbeda sekali penampilnya, datang menggunakan barang-barang mewah. Intinya kalau guru mogok hanya beberapa generasi yang hilang, tetapi kalau perawat mogok sekian generasi bisa terbunuh,”tandasnya.

Menanggapi apa yang disampaikan para perawat, Ketua Komisi IV DPRD Ir.HM.Jidan Hadi,M.pd menyatakan kegembiraanya terhadap keterbukaan para perawat yang sudah mau menyampaikan aspirasinya dengan jujur,”Apa yang teman-teman sampaikan ini luar biasa dan memang betul adanya, tetapi tadi itu yang bilang perawat mogok sekian generasi terbunuh itu saya takut mendengarnya. Namun yang pasti kami akan mencarikan solusinya,”Katanya singkat.(sading) www.suarakomunitas.net
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar