Lombok Utara - Diduga karena depresi, Gunangsi (60) warga Dusun Lendang Jeliti Desa Sukadana Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara, 10/9, ditemukan tewas gantung diri di pohon mente dekat rumahnya.
Menurut warga di Tempat Kejadian Perkara (TKP), tewasnya Gunangsi pertama kali ditemukan oleh Lasanom, sekitar pukul 08.00 wita, ketika dirinya pergi ke kebun miliknya. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan sesosok manusia yang sudah meninggal tergantung di pohon mente.
Penemuan tersebut langsung disampaikan ke warga setempat.
Karena penasaran, puluhan wargapun berdatangan menyaksikan Gunangsi yang sudah tidak bernyawa dan melaporkan ke Polsek Bayan. “Saya terkejut melihat korban, karena pada pagi itu saya bermaksud ke kebun, tapi ternyata yang saya temukan adalah Gunangsi yang menggantung dirinya menggunakan tandan peduan dan irisan bambu di pohon mente dengan ketinggian sekitar 4 meter”, kata Lasanom.
Sementara Sidik, mantan Kepala Dusun Lendang Jeliti mengatakan, Gunangsi yang tewas gantung diri ini sudah lama hidup menyendiri setelah bercerai dengan istrinya puluhan tahun lalu. Dia tinggal disebuah rumah beratap daun kelapa dan berpagar bedek yang didirikan di tanah kebun miliknya.
Selain itu korban juga dikenal orang kuper alias kurang pergaulan dengan masyarakat dan bekerja sebagai buruh pasar mingguan di Dusun lendang Gagak Desa Sukadana. “Beliau jarang bergaul dengan masyarakat, karena jarang mau menerima pendapat orang lain”, ungkap Sidik.
Hal ini juga diakui oleh puluhan warga lainnya, kalau almarhum Gunangsi lebih senang hidup menyendiri setelah bercerai dengan istrinya dua puluh tahun lalu, sehingga tak heran bila kedua putranya tak pernah datang ke rumahnya yang terletak dipinggir jalan Dusun Lendeng Jeliti ini.
Kepala Dusun Lendang Jeliti Risana, mengatakan, Gunangsi adalah salah satu warganya yang tidak pernah mau hadir bila diundang pertemuan membahas berbagai hal di dusunnya. “Setiap kali diundang petemuan almarhun tak pernah mau hadir, dan senadainya hadir hanya pendapatnya saja mau didengar, dan barangkali hal inilah yang membuat beliau lebih senang hidup menyendiri ”, tegasnya.
Salah seorang putranya Niwanom (21) juga mengaku jarang datang ke rumah ayahnya. “Saya memang jarang bertandang ke rumah ayah, karena dia sedikit agak keras”, tuturnya singkat.
Pantauan media ini menunjukkan, rumah milik Gunangsi memang cukup jauh dari perkampungan warga. Sementara didepan pintu masuk rumahnya terdapat sebuah tulisan tangan diatas papan yang bunyinya “Aku, pokoknya aku enggak kasi masuk di rumah ini biarpun siapapun”. Tulisan ini menunjukkan, bahwa almarhum adalah termasuk orang tertutup. “Tak heran bila dia mengalami depresi atau tekanan batin”, kata puluhan warga setempat.
Setelah diturunkan dan divisum oleh petugas dari Polsek Bayan dan Peskesmas setempat, jenazah Gunangsi langsung dibawa ke pemakaman setempat untuk dikubur.
Karena sesuai dengan aturan adat, bahwa warga yang meninggal gantung diri tidak diperbolehkan masuk ke dalam kampung, dan harus langsung dibawa ke tempat pemakaman untuk dimandikan, dikapani dan disholatkan serta dimakamkan.
“Kita hanya lakukan pemandian jenazah di tempat pemakaman, karena aturan adat tidak diberikan masuk kedalam gubug kalau orang meninggal di luar perkampungan”, kata Risana.
Kapolres Lombok Barat melalui Kapolsek Bayan, IPDA Kadek Metria, S.Sos, ketika dikonfirmasi membenarkan kejadian tersebut. “Memang benar Gunangsi tewas gantung diri di pohon mente dan mengalami lebam dilehernya akibat jeratan tali yang digunakan”, jelasnya singkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar