Lombok Utara - Sekitar jam 21.45 Wita, minggu malam (22/05), rombongan Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) Kabupaten Lombok Utara, mendarat di Bandara Selaparang – Rembiga. Setelah mengemas barang bawaan, rombongan-pun keluar untuk menaiki mobil umum yang telah dipesan oleh pendamping dari KLU, yaitu IK. Kulan dari Kantor BPMD.
Namun alangkah terkejutnya rombongan yang berasal dari Kecamatan Bayan, Kayangan dan Gangga, ketika mobil mau keluar dari bandara, tiba-tiba tiga orang laki-laki menyetop mobil yang ditumpangi. Merekapun tanpa malu meminta uang pada sopir. “Yang anda bawa ini adalah rombongan TKI ia?”, Tanya seorang laki-laki yang sedikit agak kurus,
Mendengar pertanyaan ini, tentu saja membuat rombongan utusan dari KLU ini sedikit agak geram. “Kami ini utusan dari KLU yang baru pulang mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) di Malang-Jawa Timur, bukan rombongan TKI”, jawab beberapa ketua LPMD.
Lolos dari hadangan pertama, ternyata bukan langsung mobilnya bisa jalan. Dan setelah beberapa meter, mobil rombongan LPMD KLU inipun kembali distop oleh polisi yang berjaga di pintu bandara. “Pak kami ini adalah rombongan utusan Pemda Lombok Utara, jadi jangan distop karena ini perjalanan jauh”, kata Mahlil, ketua LPMD Desa Selengen Kecamatan Kayangan, dengan nada keras dan kesal.
Namun ternyata kata-kata Mahlil itu tidak dihiraukan oleh Pak Polisi yang menjaga. Dan tanpa alasan yang jelas, salah seorang diantara mereka pura-pura maju mendekati mobil yang kami tumpangi dan menghitung muatannya.
Tentu saja ulah oknum polisi ini membuat rombongan menjadi marah dan ramai-ramai mengatakan, “kami ini bukan TKI, tapi utusan Pemda KLU untuk mengikuti Bimtek di Malang”, ungkap puluhan ketua LPMD KLU tersebut.
Mendengar teriakan itu, oknum polisi yang pura-pura memeriksa isi dan tas penumpang diatas, langsung memanggil sang sopir untuk diminta masuk di pos penjagaan. Menurut sang sopir, dia ditanya apakah mutannya itu TKI atau siapa. Setelah diberi tahu bahwa itu rombongan LPMD KLU dan diberikan uang sebesar Rp. 10.000, mobil yang ditumpangi para pengusrus LPMD inipun diminta berjalan.
Melihat kejadian ini, beberapa ketua LPMD Lombok Utara menilai, ternyata Bandara Selaparang tidak aman, terutama bagi para TKI yang pulang malam hari.
“Kami rasa calo-calo di Bandara ini perlu ditertibkan, karena bukan saja calo yang ada di areal parker bandara yang menghadang para TKI, tapi juga oknum polisi yang seharusnya menjaga keamanan para penghasil devisa ini, ikut juga berkiprah memeras dipintu keluar”, ungkap beberapa ketua LPM KLU.
Salah seorang TKI dari Lombok Tengah, yang enggan dikorankan namanya menuturkan, ketika dirinya pulang dari Malaysia, beberapa waktu lalu mereka mengaku sempat diperas oleh calo-calo yang ada di areal parkir bandara. “Saya terpaksa merogoh uang ratusan ribu rupiah untuk memberikan calo-calo disini pak”, ungkapnya sambil menjemput keluarganya pulang pada malam minggu kemarin.
Kondisi keamanan para TKI maupun penumpang lainnya di areal parkir bandara sudah selayaknya dijaga ketat, bukan malah ikut-ikutan oknum polisi penjaga malam minta uang pada sopir atau para TKI yang pulang ke kampung halamannya.
“Oknum polisi inilah yang merusak nama instutusinya, padahal masih banyak polisi yang baik. Jadi alangkah baiknya Kapolda NTB atau Kapolres Mataram menempatkan polisi yang menjaga di Bandara, terutama pada malam hari adalah polisi pilihan dan yang taat pada aturan, bukan polisi yang suka minta duit pada sopir atau penumpangnya”, kata pengurus LPMD dari tiga kecamatan tersebut.
Mendengar pertanyaan ini, tentu saja membuat rombongan utusan dari KLU ini sedikit agak geram. “Kami ini utusan dari KLU yang baru pulang mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) di Malang-Jawa Timur, bukan rombongan TKI”, jawab beberapa ketua LPMD.
Lolos dari hadangan pertama, ternyata bukan langsung mobilnya bisa jalan. Dan setelah beberapa meter, mobil rombongan LPMD KLU inipun kembali distop oleh polisi yang berjaga di pintu bandara. “Pak kami ini adalah rombongan utusan Pemda Lombok Utara, jadi jangan distop karena ini perjalanan jauh”, kata Mahlil, ketua LPMD Desa Selengen Kecamatan Kayangan, dengan nada keras dan kesal.
Namun ternyata kata-kata Mahlil itu tidak dihiraukan oleh Pak Polisi yang menjaga. Dan tanpa alasan yang jelas, salah seorang diantara mereka pura-pura maju mendekati mobil yang kami tumpangi dan menghitung muatannya.
Tentu saja ulah oknum polisi ini membuat rombongan menjadi marah dan ramai-ramai mengatakan, “kami ini bukan TKI, tapi utusan Pemda KLU untuk mengikuti Bimtek di Malang”, ungkap puluhan ketua LPMD KLU tersebut.
Mendengar teriakan itu, oknum polisi yang pura-pura memeriksa isi dan tas penumpang diatas, langsung memanggil sang sopir untuk diminta masuk di pos penjagaan. Menurut sang sopir, dia ditanya apakah mutannya itu TKI atau siapa. Setelah diberi tahu bahwa itu rombongan LPMD KLU dan diberikan uang sebesar Rp. 10.000, mobil yang ditumpangi para pengusrus LPMD inipun diminta berjalan.
Melihat kejadian ini, beberapa ketua LPMD Lombok Utara menilai, ternyata Bandara Selaparang tidak aman, terutama bagi para TKI yang pulang malam hari.
“Kami rasa calo-calo di Bandara ini perlu ditertibkan, karena bukan saja calo yang ada di areal parker bandara yang menghadang para TKI, tapi juga oknum polisi yang seharusnya menjaga keamanan para penghasil devisa ini, ikut juga berkiprah memeras dipintu keluar”, ungkap beberapa ketua LPM KLU.
Salah seorang TKI dari Lombok Tengah, yang enggan dikorankan namanya menuturkan, ketika dirinya pulang dari Malaysia, beberapa waktu lalu mereka mengaku sempat diperas oleh calo-calo yang ada di areal parkir bandara. “Saya terpaksa merogoh uang ratusan ribu rupiah untuk memberikan calo-calo disini pak”, ungkapnya sambil menjemput keluarganya pulang pada malam minggu kemarin.
Kondisi keamanan para TKI maupun penumpang lainnya di areal parkir bandara sudah selayaknya dijaga ketat, bukan malah ikut-ikutan oknum polisi penjaga malam minta uang pada sopir atau para TKI yang pulang ke kampung halamannya.
“Oknum polisi inilah yang merusak nama instutusinya, padahal masih banyak polisi yang baik. Jadi alangkah baiknya Kapolda NTB atau Kapolres Mataram menempatkan polisi yang menjaga di Bandara, terutama pada malam hari adalah polisi pilihan dan yang taat pada aturan, bukan polisi yang suka minta duit pada sopir atau penumpangnya”, kata pengurus LPMD dari tiga kecamatan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar