Sabtu, 16 Juli 2011

Pimpinan Ponpes Umar Bin Khattab Ditangkap

MENGGIRING - Pimpinan Ponpes Umar Bin Kahttab Ustadz (Ust.) Abrori Jumat (15/6) kemarin, ditangkap Crisis Respon Tim (CRT) Brimob Polda NTB. Nampak personel CRT menggiring Abrori ke dalam helicopter yang akan menerbangkannya dari Bandara Sultan Salahuddin Bima. (Suara NTB/ist)

Bima - Setelah lama dicurigai dan diburu, Ustadz (Ust.) Abrori, Pimpinan Ponpes Umar Bin Kahttab, Desa Sanolo Kecamatan Bolo Kabupaten Bima, Jumat (15/6) kemarin, akhirnya ditangkap Crisis Respon Tim (CRT) Brimob Polda NTB. Ust. Abrori yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka ditangkap karena diduga terlibat kasus bom yang meledak di Ponpes setempat dan penusukan anggota Polsek Bolo beberapa waktu lalu.

Informasi yang berhasil dihimpun, penangkapan Ust. Abrori dilakukan aparat sekitar pukul 12.30 Wita saat umat muslim tengah melaksanakan ibadah sholat Jumat. Tersangka ditangkap di kediaman orang tuanya di Desa Kananga, Kecamatan Bolo. Setelah ditangkap, dengan menggunakan kendaraan taktis Baraccuda dan di bawah pengawalan ketat CRT Brimob Polda NTB, Ust. Abrori dibawa ke Bandara Sultan Muhammad Salahuddin untuk diterbangkan ke Mapolda NTB. Sekitar pukul 14.10 Wita, ia kemudian diterbangkan menggunakan Helikopter Polri. Helikopter ini pun kembali ke Bandara Sultan Muhammad Salahuddin sekitar 2 jam kemudian.

Namun hingga kemarin sore Kepolisian sendiri masih belum memberikan keterangan rinci terkait penagkapan Ust. Abrori. Kepolisian hanya membenarkan adanya penangkapan tersangka terkait kasus bom di Ponpes UBK.

Kapolres Bima AKBP Fauza Barito, SH., yang ditemui di Bandara awalnya enggan berkomentar banyak. Ketika ditanya identitas tersangka, Fauza, menolak memberikan komentar. Ia hanya membenarkan jika salah satu tersangka terkait kasus UBK telah ditangkap. Tersangka ini, katanya, akan diterbangkan ke Polda NTB untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.

Sementara sosok ustadz berusia 32 tahun dan berperawakan kurus ini sendiri menjadi fenomenal pascaperistiwa penusukan anggota Polsek Bolo beberapa waktu lalu. Saat itu, Ponpes yang dipimpinnya dikaitkan dengan pelaku penusukan Sa’ban Arahman (20), pasalnya pelaku diketahui sebagai santri di Ponpes setempat. Meski demikian, aparat Kepolisian belum bisa berbuat banyak. Pasalnya Polisi tak bisa menembus Ponpes karena ketatnya penjagaan oleh santri. Pascaperistiwa penusukan diketahui santri-santri setempat bersiaga menggunakan berbagai senjata tajam dan panah serta tak memperbolehkan orang asing lebih-lebih polisi untuk masuk.

Keterlibatan Ust. Abrori mulai terkuak ketika sebuah ledakan yang diduga bom meledak di dalam Ponpes, Senin (11/7) sore. Ledakan saat itu menimbulkan beberapa korban bahkan salah seorang ustadz yakni Ust. Firdaus tewas.

Aparat yang masih tertahan mulai mendapat celah ketika jenazah almarhum hendak dibawa pulang ke kampung halamannya di Desa Oo Kabupaten Dompu. Saat itu aparat melakukan penghadangan dan menangkap beberapa orang yang diduga sebagai santri setempat. Berdasarkan keterangan santri ini, aparat mendapat keterangan jika yang meledak tersebut adalah bom dan Ust. Abrori erat kaitannya dengan peristiwa tersebut. Hingga akhirnya ia ditangkap siang kemarin.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, Ust. Abrori merupakan orang terlatih dan diduga ahli merakit bom. Di Ponpes ia biasanya mengajar ilmu aqidah, akhlak dan tafsir. Selain mengajar, di Ponpes Ust. Abrori juga disebut-sebut ahli dalam pengobatan refleksi dan membuka praktik. Keahliannya itu bisa dilihat dari sejumlah benda yang ditinggalkan di rumahnya di mana di dalam rumah tersebut terdapat gambar manusia yang berisi penjelasan titik-titik vital. Dikabarkan pula ia sempat ikut pelatihan di Poso sekitar tahun 2000-an. Sebelumnya ia memang sudah dicurigai, namun kasus bom inilah yang membuatnya menjadi tersangka.

Sementara itu, Kepala Desa Sanolo, Ridwan Yusuf, yang ditemui beberapa hari sebelumnya mengatakan pada tahun-tahun pertama Ponpes UBK berdiri, Ust. Abrori sering diminta untuk berceramah baik di desa maupun acara ibu-ibu majelis taklim. Selama itu, katanya, isi ceramah yang diberikan tidak ada yang menyimpang dan berkaitan dengan agama. “Dulu Ustadz Abrori sering dipanggil untuk memberikan ceramah-ceramah,” tandasnya.

Sementara Ust. Abrory yang diangkut Helikopter siang kemarin dari Bandara Sultan Salahuddin Bima, tidak langsung dibawa ke Mataram. Keterangan Kabid Humas Polda NTB, AKBP Drs. Sukarman Husein, Abrory akan dibawa dari Dompu ke Mataram Sabtu (16/7) pagi ini. “Sekitar Pukul 07.00 Wita pak Kapolda satu Heli dengan Ust Abrory,” kata Kabid Humas kepada Suara NTB petang kemarin. Pada kesempatan yang sama, Kapolda akan memberi keterangan pers kepada wartawan terkait penangkapan dan pengangkutan Ust Abrory, anak dari Ust Ali yang menjadi tokoh dalam peristiwa Talang Sari Lampung.

Proses pengangkutan Ust Abrory dari Bima sempat menjadi penantian panjang para kuli tinta di Mataram. Mereka mendengar informasi tersangka dibawa dari Bima sekitar Pukul 14.10 Wita dengan Helikopter milik Polda NTB. Dengan dasar informasi itu, puluhan wartawan media cetak dan elektronik nyanggong sejak Pukul 14.30, namun hingga Pukul 18.00 Wita belum ada tanda – tanda Heli yang ditunggu. Sampai akhirnya Heli biru putih tersebut tiba di lapangan dan mendarat di Helipad. Para kuli tinta yang standby kamera pun kecele, karena Heli kosong. (use/ars)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar